MASJID tidak ramah jemaah kerap kita jumpai di Indonesia. Apa saja dan bagaimana ciri-ciri masjid yang membuat para jemaahnya tidak nyaman ini?
Ustaz Satria Hadi Lubis menulis tentang masjid yang tidak ramah terhadap jemaah ini dalam akun IG-nya @@satriahadilubis, Ahad (5/6/2022).
Jika kita sering sholat di berbagai masjid, maka dapat kita jumpai masjid yang ramah terhadap jemaah dan masjid yang tidak ramah terhadap jemaahnya.
Ramah dalam artian melayani jemaahnya sehingga jemaah merasa nyaman dan senang singgah di masjid tersebut.
Masjid itu semestinya berorientasi untuk memuaskan jemaah (jama’ah satisfaction), bukannya berorientasi memuaskan pengurusnya (marbot satisfaction).
Sebab, peran pengurus masjid itu sejatinya sebagai khodimul ummah (pelayan umat).
Pengurus masjid akan mendapatkan pahala berlimpah dari Allah Subhanahu wa taala jika mereka memakmurkan rumah Allah dengan baik.
Namun realitanya, kita masih menjumpai masjid-masjid yang tidak ramah terhadap jamaah masjid. Beberapa cirinya antara lain sebagai berikut.
1. Pintu halaman atau pintu ruang utama masjid sering dikunci
Hanya dibuka ketika tiba waktu sholat fardhu atau ada kegiatan masjid saja.
Apa pun alasannya, mengunci pintu masjid sebaiknya dihindari. Jika takut fasilitas masjid dicuri, perketat keamanan dengan memasang CCTV atau memperbanyak penjaga (satpam) masjid.
Sering mengunci pintu masjid memberi kesan mesjid tidak “welcome” kepada mereka yang mau sholat atau singgah.
Jika pun masjid tersebut mau dikunci, sebaiknya pada waktu malam saja (di atas jam 10 malam) dan dibuka kembali menjelang sholat subuh.
Namun lebih baik lagi jika masjid terbuka selama 24 jam. Jika pun dijadikan tempat untuk tidur oleh yang singgah ke masjid juga tidak masalah, asalkan tetap menjaga kebersihan dan ketertiban.
2. Aturan di masjid terlalu kaku dan merepotkan jamaah
Ada masjid yang untuk parkir saja susah atau ditarik uang parkir dengan besaran tertentu. Untuk wudhu juga jalannya jauh dan berputar.
Di dinding masjid banyak ditempel berbagai larangan, mulai dari larangan merokok, larangan berbusana yang tidak sopan, larangan berisik untuk anak-anak, dan berbagai larangan lainnya.
Kesannya seperti masuk ke gedung dengan tingkat keamanan tertinggi, bukan ke rumah Allah yang terbuka dengan aura rahmatan lil alamin.
3. Pengurus masjid mengelola masjid seperti mengelola organisasi birokrasi atau tradisional
Mungkin karena pimpinan DKM-nya mantan pejabat atau pengurusnya turun temurun dari satu keluarga besar saja (masjid dinasti), sehingga mengelola masjidnya tidak profesional dan fungsional.
Baca Juga: Tentang Masjid Geneva Swiss
Masjid Tidak Ramah Jemaah
View this post on Instagram
Manajemennya serba tertutup dan eksklusif, termasuk dalam masalah keuangan. Jemaah masjid juga tidak diajak berpartisipasi dalam perkembangan masjid.
Masjid yang kurang ramah terhadap jemaahnya mungkin disebabkan rekrutmen pengurus atau marbot masjid yang tidak mengutamakan mereka yang paham bagaimana mengelola masjid dengan benar.
Rekrutmen pengurus masjid lebih mengutamakan kepada siapa yang sempat mengurus masjid saja atau yang punya nama, punya harta, dan punya gelar saja.
Dampak masjid yang kurang ramah terhadap jamaahnya biasanya bisa ditebak, yaitu masjidnya sepi (walau kebersihannya terjaga), kegiatannya sedikit, ustaznya satu “aliran” saja, atau malah fasilitasnya tidak terawat dan kotor.
Orang enggan berpartisipasi dan memberikan donasi.
Semoga ke depannya, makin banyak masjid-masjid yang ramah terhadap jamaah sehingga peran masjid sebagai rumah kedua umat Islam yang rahmatan lil alamin dapat terwujud. Wallahu’alam.[ind]