KAMI sering mengajari anak kami untuk menulis cerita. Minimal ada dua alasan kenapa kami mendorong anak-anak kami untuk menulis cerita.
Pertama, kami ingin mengajari mereka menulis sejak dini. Kami bercita-cita, kelak mereka akan menjadi penulis hebat yang ilmunya bermanfaat bagi orang lain dan menjadi washilah bagi banyak orang untuk menjadi lebih baik lagi.
Bagi kami, menulis itu ibadah yang akan terus mengalirkan pahala jika yang ditulis itu kebaikan, bermanfaat bagi orang lain dan menjadikan orang lain lebih baik lagi.
Menulis adalah investasi amal sholeh yang kelak insha Allah akan kita nikmati di akherat kelak. Prinsip menulis sebagai ladang amal ini, ingin kami tularkan kepada anak-anak kami sehingga sejak dini kami memang mengajarkan anak-anak untuk menulis.
Mari Bun, kita hebatkan anak-anak kita salah satunya dengan mengajari mereka menulis. Jika menulis sudah menjadi habit, maka insha Allah kelak anak-anak kita nanti akan menjadi Penulis Hebat.
Alasan kedua, mengapa kami mendorong agar anak gemar menulis khususnya menulis cerita adalah agar anak terasah daya imajinasi mereka.
Anak yang imajinasinya berkembang, kelak akan menjadi anak yang cerdas, kaya akan ide dan gagasan serta mereka akan berfikir lebih kreatif.
Baca Juga: Merancang Kesuksesan Anak
Tips Mengajari Anak Menulis Cerita
Baiklah Bun, jika Bunda tertarik dengan tema ini, berikut ini ada beberapa tips yang kami bagikan agar anak gemar menulis cerita.
Kepung mereka dengan buku cerita
Belilah buku cerita terutama cerita bergambar. Buku-buku cerita itu akan mendorong anak untuk bersemangat membaca.
Rasa ingin tahu mereka akan muncul tatkala ada banyak buku cerita yang ada di sekitar mereka. Rangsanglah mereka untuk membaca terutama buku-buku tentang dongeng atau cerita anak.
Buku cerita itu akan memperkaya kosa kata, alur cerita dan imajinasi. Carilah buku yang menarik minat baca mereka. Sering-sering mengajak mereka ke toko buku.
Biarkanlah mereka memilih buku cerita yang mereka sukai. Saat anak gemar membaca, itu artinya kita sedang memberikan input dalam pikiran mereka.
Nah, sekarang tinggal bagaimana kita merangsang outputnya berupa tulisan cerita karya mereka sendiri.
Seringlah mendongeng
Menceritakan atau mendongeng sesuatu itu artinya memberikan banyak informasi tentang banyak hal. Ini termasuk proses input.
Mendongeng mendorong daya imajinasi anak tumbuh semakin pesat, memperbanyak perbendaraan kosa kata dan memberikan jalan bagaimana proses sebuah cerita dibuat.
Semakin banyak kita mendongeng, semakin siap mereka membuat cerita.
Ajak ia untuk bercerita
Pancinglah ia untuk menceritakan sesuatu misalnya pengalaman di tempat rekreasi, cerita di sekolah, film yang baru saja mereka tonton, ketika mereka bermimpi atau cerita-cerita hasil imajinasi orisinil yang mereka lakukan.
Biarkanlah mereka berimajinasi sesuka hati karena itu berarti mereka telah siap untuk membuat cerita. Karena cerita atau dongeng itu berbasis pada imajinasi.
Terkadang kesalahan orang tua adalah tidak mendengarkan saat anak bercerita. Ia menganggap cerita anak itu angin lalu, maka tak perlu didengar, ditanggapi, apalagi direspon.
Jika kita tidak merespon positif cerita mereka maka mereka akan malas bercerita dan tujuan awal membuat mereka mampu menulis cerita pupus sudah.
Itu karena motivasinya hancur, imajinasinya tidak berkembang disebabkan keengganan kita sebagai orang tua untuk mendengarkan cerita mereka.
Baca Juga: Cara Membangkitkan Semangat Belajar pada Anak
Rangsang dengan hadiah
Nah, sekarang mulailah untuk mengajak anak menulis cerita. Sebagai awalan, rangsanglah mereka dengan hadiah.
Misalnya saat mereka mampu menulis cerita apa saja entah cerita pengalaman di sekolah, pengalaman wisata, mimpi, atau cerita imajinasi mereka sendiri.
Saat mereka mampu menulis, misalnya 10 cerita, Bunda perlu memberi reward berupa hadiah. Semakin sering mereka menulis cerita maka semakin mereka mahir dalam membuat cerita. Ingat ‘practice make perfect’.
Apresiasi karya mereka
Bunda bisa menempel di dinding cerita-cerita yang telah mereka buat. Bunda bisa kumpulan cerita itu lalu dijadikan buku.
Datanglah ke percetakan, jilid karya mereka dan jadikan kumpulan cerita itu menjadi buku.
Terakhir, pada saatnya nanti. Saat cerita yang mereka buat sudah berkembang sangat pesat maka saat itulah Bunda bisa mengirim cerita itu ke penerbit.
Saat buku itu diterbitkan, maka saat itulah Bunda telah berhasil mendidik anak untuk menghasilkan karya sebuah buku.
Apakah berhenti sampai disini, tentu saja tidak. Bunda harus termotivasi untuk mendorong mereka membuat buku-buku yang lain yang lebih bagus lagi dan lebih hebat lagi.
Insya Allah, saat itu Bunda telah melahirkan Penulis Hebat baru di negeri ini yaitu anak Bunda.[ind]
ditulis oleh: Randy Ariyanto W. dan Dyah Lestyarini dari Komunitas Rumah Pintar Aisha.