PERMINTAAN seorang ayah kepada anaknya ini bisa menjadi renungan bagi seluruh orang tua dan terutama kepada anak-anak.
Ustaz Satria Hadi Lubis membagikan tulisan berjudul “Pintaku kepada Anakku” berikut ini yang memuat refleksi seorang ayah kepada anaknya.
Wahai anak-anakku… Bukankah engkau tahu ayat Allah berikut ini?
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan” (QS. At Tahrim: 6).
Ayat yang mulia ini menetapkan bahwa aku sebagai ayahmu akan dihisab atas benar atau tidaknya aqidah anak-anakku.
Ayat Allah yang agung ini menandaskan tentang tanggung jawabku terhadap baik atau buruknya akhlaq anak-anakku.
Sering aku merenung… Akankah aku bisa selamat dari hisab api neraka akibat perbuatan anak-anakku?
Akankah aku dapat lulus dari pertanyaan-pertanyaan tajam yang Allah ajukan tentang mengapa begini dan begitu terhadap perbuatan anak-anakku?
Mampukah aku beragumentasi di hadapan Allah yang Maha Tahu mengapa aku gagal atau berhasil mendidik anak-anakku?
Sungguh semua kemungkinan hisab ini membuat aku khawatir di siang hari dan gundah di malam hari.
Karena membayangkan neraka yang penjaganya malaikat keras lagi kasar dan bahan bakarnya adalah manusia dan batu.
Di keheningan malam-malam yang panjang…Kadang menetes air mata ini karena ketakutanku akan hisab keluarga yang telah Allah tetapkan ini.
Mungkin aku tak seperti ayah lain yang lupa dan tak peduli dengan ayat tentang tanggung jawab keluarga ini.
Tapi aku peduli dan tak lupa! Aku peduli dengan peran dan tanggung jawabku sebagai ayah.
Baca juga: Ayah Perlu Tahu, Psikolog UGM Ungkap Pentingnya Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan Anak
Permintaan Seorang Ayah kepada Anaknya
Aku tak lupa bahwa aku akan dimintai pertanggungjawaban terhadap perbuatan anak-anakku kelak di yaumil hisab.
Itulah sebabnya aku bersusah payah mendidik kalian siang dan malam.
Itulah sebabnya pikiran dan hatiku gelisah memikirkan kesejahteraan kalian dalam lelahku mencari nafkah.
Itulah sebabnya aku berdoa dengan doa yang tak putus untuk kebahagiaan kalian….wahai anakku-anakku.
View this post on Instagram
وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا
“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa” (Qs. 25 ayat 74).
Pintaku.. wahai anak-anakku.
Tolong selamatkan aku dari hisab api neraka akibat pertanggungjawaban tentang anak ini.
Ketika tak ada lagi pertolongan anak kepada bapaknya dan pertolongan bapak kepada anaknya.
“Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutlah hari yang (ketika itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya, dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun.
Sungguh, janji Allah pasti benar, maka janganlah sekali-kali kamu terpedaya kehidupan dunia, dan jangan sampai kamu terpedaya oleh penipu dalam (menaati) Allah.” (Qs 31 ayat 33).
Tolong selamatkan aku… ayahmu ini dengan engkau menjadi anak-anak yang sholih sesuai syariat Islam.
Tak ada gunanya pemberian materi dari kalian jika aku tak selamat dari hisab api neraka ini.
Tak ada prestasi yang membanggakanku kecuali aku bisa tersenyum bahagia karena lolos dari hisab keluarga ini.
Lalu aku menyambut kalian …wahai anak-anakku di surga kelak untuk berkumpul bersama selamanya.
Pintaku …wahai anak-anakku.
Bantulah aku dalam kesabaranku yang berlipat ganda untuk membimbing kalian sampai ajalku tiba.
Mohonku…wahai anak-anakku. Janganlah engkau menjadi musuh bagiku… ayahmu ini di hari hisab kelak.
Sungguh tak ada kesedihan dan kebahagiaan yang lebih besar selain datang dari kalian…wahai kekasih-kekasih hatiku.
Ya Allah…ya Robbana…saksikanlah bahwa aku sudah menyampaikan…
“Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka;
dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Qs. 64 ayat 14).[ind]