AYAH Bunda, saat kita marah, apakah harus diluapkan atau disalurkan? Bunda, saat Bunda seringkali marah kepada anak, seringkali ngomel dengan mata melotot memarahi anak, barangkali tulisan di bawah ini bisa memberikan sedikit pencerahan, kenapa sih kita tidak boleh meluapkan kemarahan tetapi dengan menyalurkan.
Nah, penasaran kan? Silakan Bunda baca tulisan di bawah ini ya.
Baca Juga: Saat Engkau Marah Seolah Anak Tak Bernilai
Marah Diluapkan atau Disalurkan
Seringkali saya mendengar orang memberi nasihat jika engkau marah, luapkan rasa marah itu biar plong, biar beban di hati bisa tersalurkan. Meluapkan kemarahan itu menyehatkan juga lho.
Kalau disimpan di dalam hati akan menimbulkan penyakit, lebih baik diluapkan, iya toh? Kalau saya punya pendapat lain soal ini. Terkadang, orang kira saat meluapkan kemarahan hatinya lebih lega, mungkin benar orang yang meluapkan kemarahan membuatnya lebih lega tapi coba perhatikan dampak dari marah yang engkau lakukan.
Kemarahan yang engkau lakukan mungkin membuatmu lega tapi sama sekali tidak menyelesaikan masalah, bahkan besar kemungkinan sebaliknya menimbulkan masalah-masalah yang baru.
Coba bayangkan betapa sakitnya perasaan anak buah saat engkau marahi, betapa hancurnya hati istrimu saat engkau marahi, betapa panasnya hati suamimu saat engkau marahi, betapa besar dampak negatif terhadap jiwa anak saat engkau marah.
Mungkin saat engkau marah bisa membuatmu lega tapi apakah engkau sadari, engkau sedang menyakiti hati orang lain bahkan orang yang paling engkau sayangi.
Engkau sendiri kalau dimarahi pasti sakit hati bukan, nah sama juga yang orang lain alami tatkala engkau marah-marah.
Baca Juga: 8 Tahapan Mengatur Kemarahan Pada Istri
Kemarahan akan Membuat Bekas
Saat engkau marah, saya ibaratkan engkau sedang menancapkan sebuah paku di dinding yang membuat dinding membekas. Jika engkau belum minta maaf, paku itu akan terus tertancap sampai berkarat, sungguh menyakitkan.
Lalu saat engkau minta maaf itu ibaratnya engkau mengambil paku itu dari dinding. Perhatikan dinding itu sudah tidak mulus lagi tapi bolong. Itulah dampak dari kemarahan, bisa membekas di hati orang.
Bekas itu sulit hilang, sampai kapan entahlah bisa jadi sampai orang itu meninggal. Luar biasa bukan dampaknya.
Nah, ini dampak yang mengerikan lagi, saat orang yang engkau marahi tidak terima muncullah rasa benci dan dengki. Sangat besar kemungkinan ia akan membalas perbuatanmu lebih kejam lagi.
Berapa banyak berita-berita di media tentang kasus penganiayaan dan pembunuhan yang diakibatkan oleh lisan. Bisa saja ia akan pergi ke dukun untuk membuatmu tersiksa karena begitu bencinya ia kepada dirimu disebabkan lisanmu.
Terus ini juga mengerikan, tatkala kemarahanmu menyakitkan orang lain, lalu orang yang engkau sakiti itu mendoakan keburukan atas dirimu. Wow, mengerikan.
Bisa juga lho, ia akan tuntut dirimu di akhirat kelak. Ck…ck…ck… luar biasa kengeriannya jika itu sampai terjadi.
Sudahlah marah itu menimbulkan banyak efek negatif dan perbuatan yang diharamkan.
Orang marah itu terkadang tidak sadar ia memukul, membanting, melempar barang, menyiksa, menyakiti orang, dan mengeluarkan perkataan-perkataan yang diharamkan seperti menuduh, mencaci maki, berkata kotor, dan berbagai bentuk kezhaliman dan permusuhan, bahkan sampai membunuh, perceraian bahkan kekufuran.
Baca Juga: Doa Ibu Ketika Marah Dikabulkan Allah
Coba Mengontrol Diri
Oke, mulai sekarang yang suka marah-marah atau yang terbiasa marah-marah coba deh kontrol diri, insya Allah itu bisa membuatmu lebih selamat. Jangan anggap hobimu yang marah-marah itu adalah hal sepele.
Ingatlah sabda Rasulullah berikut ini. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Berilah aku wasiat”. Beliau menjawab, “Engkau jangan marah!”
Orang itu mengulangi permintaannya berulang-ulang, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Engkau jangan marah!” (HR al-Bukhâri).
Menurut Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rohimahulloh mengatakan, “Bukanlah maksud beliau adalah melarang memiliki rasa marah. Karena rasa marah itu bagian dari tabi’at manusia yang pasti ada. Akan tetapi, maksudnya ialah kuasailah dirimu ketika muncul rasa marah.
Supaya kemarahanmu itu tidak menimbulkan dampak yang tidak baik. Sesungguhnya kemarahan adalah bara api yang dilemparkan oleh syaithan ke dalam lubuk hati bani Adam.
Oleh sebab itulah, kamu bisa melihat kalau orang sedang marah, kedua matanya pun menjadi merah dan urat lehernya menonjol dan menegang.
Terkadang rambutnya bahkan ikut rontok dan berjatuhan akibat luapan marah. Dan berbagai hal lain yang tidak terpuji timbul di belakangnya. Kadang pelakunya merasa sangat menyesal atas perbuatan yang telah dia lakukan”.
Baca Juga: Puasa sebagai Pengendali Amarah
Apakah benar emosi itu harus dilampiaskan?
Dalam artian dilampiaskan kepada orang lain atau dilampiaskan kepada apapun misalnya membanting piring, menendang kaca, memukul TV.
Memang rasa marah itu kalau dipendam dalam hati akan jadi beban dan menjadi penyakit baik fisik atau mental. Pilihannya adalah mau diluapkan atau disalurkan agar hati plong.
Jika pilihannya diluapkan tadi sudah saya ceritakan bagaimana dampak buruknya. Sekarang bagaimana kalau seandainya rasa marahnya itu disalurkan. Bagaimana caranya? Caranya adalah curhat dengan Tuhan, berdialog dengan-Nya, mengadukan semuanya kepada-Nya.
Pernahkah engkau melakukan dialog dengan-Nya. Rasanya nyaman dan tenang sekali. Rasanya begitu intim dekat dengan-Nya. Kalau belum pernah, coba deh lakukan.
Sampaikan kepadanya apa saja yang membuatmu marah, kesal. Curhatlah kepada-Nya atas masalah yang saat ini engkau hadapi. Semua keluh kesah, kekawatiran, keluarkanlah semua.
Jika pada saat engkau curhat, air matamu menetes, biarkanlah jangan dicegah. Biarkanlah air mata itu menetes. Tumpahkanlah semua isi hatimu hingga tak tersisa. Ingatlah dosamu dan minta ampunlah kepada-Nya.
Setelah proses dialog dan sesi curhat dengan Tuhan selesai maka engkau akan lebih lega dan lebih tenang.
Saat kemarahanmu engkau luapkan ataupun disalurkan maka sama-sama akan membuatmu lega tapi jika engkau salurkan kemarahanmu,
engkau akan mendapatkan bonus yaitu perasaan lebih aman, lebih selamat, mencegah dari perbuatan dosa dan kedzaliman serta yakinlah Allah akan menyelesaikan urusanmu.
Baca Juga: Membangun Keluarga Sakinah Tanpa Amarah
Berdialog dengan Allah
Iya betul, jika engkau berdialog dengan Allah dan mengingat-ingat dosa-dosa yang pernah engkau lakukan lalu engkau minta ampun dan mengharap pertolongan-Nya, yakinlah Allah akan mengampuni dosamu dan Allah juga akan menyelesaikan masalahmu.
Insya Allah saat engkau sudah menjadi ahli dalam mengendalikan amarah maka bagimu surga.
Perhatikan hadist ini “Jangan marah, maka bagimu syurga” (HR.Thabrani), juga hadist ini, dahulu ada juga seorang lelaki yang datang menemui Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dan mengatakan,
“Wahai Rosululloh, ajarkanlah kepada saya sebuah ilmu yang bisa mendekatkan saya ke surga dan menjauhkan dari neraka.”
Maka beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jangan tumpahkan kemarahanmu. Niscaya surga akan kau dapatkan.” (HR. Thobrani).
Terakhir sebagai penutup tulisan ini, berikut ini tips saat engkau marah.
Membaca Taawudz
“Sungguh saya mengetahui ada satu kalimat, jika dibaca oleh orang ini, marahnya akan hilang. Jika dia membaca taawudz: Auudzu billahi minas syaithanir rajiim, marahnya akan hilang” (HR. Bukhari dan Muslim).
Diam
“Jika di antara kalian marah maka hendaklah ia diam” (HR. Ahmad).
Jika dalam kondisi berdiri maka duduklah, jika kondisi duduk maka berbaringlah
Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam juga pernah menasihatkan, “Apabila salah seorang dari kalian marah dalam kondisi berdiri maka hendaknya dia duduk. Kalau marahnya belum juga hilang maka hendaknya dia berbaring” (HR. Ahmad).
Segera wudhu atau mandi
“Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan dengan air. Apabila kalian marah, hendaknya dia berwudhu” (HR. Ahmad dan Abu Daud).
Ingat selalu hadist ini
“Siapa yang berusaha menahan amarahnya, padahal dia mampu meluapkannya, maka dia akan Allah panggil di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, sampai Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang dia kehendaki” (HR. Abu Daud, Turmudzi, dan dihasankan Al-Albani).
“Siapa yang menahan emosinya maka Allah akan tutupi kekurangannya. Siapa yang menahan marah, padahal jika dia mau, dia mampu melampiaskannya, maka Allah akan penuhi hatinya dengan keridhaan pada hari kiamat (Diriwayatkan Ibnu Abi Dunya dalam Qadha Al-Hawaij, dan dinilai hasan oleh Al-Albani).
“Wahai Rosululloh, ajarkanlah kepada saya sebuah ilmu yang bisa mendekatkan saya ke surga dan menjauhkan dari neraka.”
Maka beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jangan tumpahkan kemarahanmu. Niscaya surga akan kau dapatkan” (HR. Thobrani).
Nah, Sahabat Muslim, sekarang kamu sudah bisa membedakan kan, bagaimana mengontrol diri saat marah, apakah harus diluapkan atau disalurkan. Selamat berlatih.[ind]
sumber: Buku Kulwap Tumbuh Yuk! 5. Randy Ariyanto W. dan Dyah Lestyarini. Rumah Pintar Aisha: Juli 2021.