ChanelMuslim.com – Ini adalah kisah para ibu yang sedang marah. Perkataan dan doa ibu ketika marah ternyata berpengaruh sangat besar terhadap masa depan anak. Berikut ini pendiri Rumah Pintar Aisha Randy Ariyanto W. dan Dyah Lestyarini menceritakan beberapa kisah tersebut.
Kisah Juraij dan Ibunya
“Tidak ada bayi yang dapat berbicara dalam buaian kecuali Isa bin Maryam dan (bayi pada masa) Juraij”. Lalu ada yang bertanya, ”Wahai Rasulullah siapakah Juraij?”.
Beliau lalu bersabda, ”Juraij adalah seorang rahib yang berdiam diri pada rumah peribadatannya (yang terletak di dataran tinggi/gunung). Terdapat seorang penggembala yang menggembalakan sapinya di lereng gunung tempat peribadatannya dan seorang wanita dari suatu desa menemui penggembala itu (untuk berbuat mesum dengannya).
(Suatu ketika) datanglah ibu Juraij dan memanggil anaknya (Juraij) ketika ia sedang melaksanakan shalat, ”Wahai Juraij”. Juraij lalu bertanya dalam hatinya, ”Apakah aku harus memenuhi panggilan ibuku atau meneruskan shalatku?”. Rupanya dia mengutamakan shalatnya.
Ibunya lalu memanggil untuk yang kedua kalinya. Juraij kembali bertanya di dalam hati, ”Ibuku atau shalatku?”. Rupanya dia mengutamakan shalatnya. Ibunya memanggil untuk kali ketiga.
Juraij bertanya lagi dalam hatinya, ”lbuku atau shalatku?”. Rupanya dia tetap mengutamakan shalatnya. Ketika sudah tidak menjawab panggilan, ibunya berkata, “Semoga Allah tidak mewafatkanmu, wahai Juraij sampai wajahmu dipertontonkan di depan para pelacur”, Lalu ibunya pun pergi meninggalkannya.
Wanita yang menemui penggembala tadi dibawa menghadap raja dalam keadaan telah melahirkan seorang anak. Raja itu bertanya kepada wanita tersebut, ”Hasil dari (hubungan dengan) siapa (anak ini)?”. “Dari Juraij”, jawab wanita itu.
Raja lalu bertanya lagi, “Apakah dia yang tinggal di tempat peribadatan itu?”. “Benar”, jawab wanita itu. Raja berkata, ”Hancurkan rumah peribadatannya dan bawa dia kemari”.
Orang-orang lalu menghancurkan tempat peribadatannya dengan kapak sampai rata dan mengikatkan tangannya di lehernya dengan tali lalu membawanya menghadap raja.
Di tengah perjalanan, Juraij dilewatkan di hadapan para pelacur. Ketika melihatnya, Juraij tersenyum dan para pelacur tersebut melihat Juraij yang berada di antara manusia.
Raja lalu bertanya padanya, “Siapa ini menurutmu?”. Juraij balik bertanya, “Siapa yang engkau maksud?”. Raja berkata, “Dia (wanita tadi) berkata bahwa anaknya adalah hasil hubungan denganmu”.
Juraij bertanya, “Apakah engkau telah berkata begitu?”. “Benar”, jawab wanita itu. Juraij lalu bertanya, ”Di mana bayi itu?”. Orang-orang lalu menjawab, “(Itu) di pangkuan (ibu)nya”.
Juraij lalu menemuinya dan bertanya pada bayi itu, ”Siapa ayahmu?”. Bayi itu menjawab, “Ayahku si penggembala sapi”.
Kontan sang raja berkata, “Apakah perlu kami bangun kembali rumah ibadahmu dengan bahan dari emas?”. Juraij menjawab, “Tidak perlu”. “Ataukah dari perak?” lanjut sang raja. “Jangan”, jawab Juraij. “Lalu dari apa kami akan bangun rumah ibadahmu?”, tanya sang raja.
Juraij menjawab, “Bangunlah seperti sedia kala”. Raja lalu bertanya, “Mengapa engkau tersenyum?”. Juraij menjawab, “(Saya tertawa) karena suatu perkara yang telah aku ketahui, yaitu terkabulnya doa ibuku terhadap diriku”. Kemudian Juraij pun memberitahukan hal itu kepada mereka”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Kisah Syeikh as-Sudais dan Ibunya
Seorang bocah mungil sedang asyik bermain-main tanah. Sementara sang ibu sedang menyiapkan jamuan makan yang diadakan sang ayah. Belum lagi datang para tamu menyantap makanan, tiba-tiba kedua tangan bocah yang mungil itu menggenggam debu.
Ia masuk ke dalam rumah dan menaburkan debu itu di atas makanan yang tersaji. Tatkala sang ibu masuk dan melihatnya, sontak beliau marah dan berkata: “idzhab ja’alakallahu imaaman lilharamain,” yang artinya “Pergi kamu…! Biar kamu jadi imam di Haramain…!”.
Dan SubhanAllah, kini anak itu telah dewasa dan telah menjadi imam di masjidil Haram…!!. Tahukah kalian, siapa anak kecil yang di doakan ibunya saat marah itu…??. Beliau adalah Syeikh Abdurrahman as-Sudais, Imam Masjidil Haram yang nada tartilnya menjadi favorit kebanyakan kaum muslimin di seluruh dunia.
Baca Juga: Dahsyatnya Doa Ibu
Doa Ibu Ketika Marah Dikabulkan Allah
Bunda, sudah membaca kedua cerita di atas. Kedua cerita di atas memiliki persamaan dan perbedaan. Persamaan cerita di atas adalah cerita mengenai doa seorang ibu kepada anaknya ketika marah.
Namun yang membedakan keduanya adalah jika pada cerita yang pertama ibu tersebut mendoakan keburukan bagi anaknya sedangkan pada cerita yang kedua, seorang ibu itu mendoakan kebaikan untuk anaknya.
Doa seorang ibu dikabulkan oleh Allah Subhanahu wa taala. Oleh karena itu, seorang ibu harus benar-benar menjaga tutur kata apalagi mengatakan sesuatu yang buruk kepada anaknya.
Titik kritis seseorang mengatakan sesuatu yang buruk adalah ketika orang tersebut dalam keadaan marah. Maka Bunda harus berhati-hati dengan ucapan, terutama saat Bunda marah, ya Bun. Yang lebih khusus lagi adalah ketika Bunda marah disebabkan oleh kelakukan anaknya.
Oleh karena itu, kita sebagai para ibu harus berhati-hati terhadap apa yang kita katakan ketika marah. Ketika marah, orang seringkali mengatakan hal yang buruk dan tidak baik.
Jika kata-kata yang tidak baik tadi diucapkan seorang ibu kepada anaknya ketika ibu itu marah maka kata-kata ibu itu bisa menjadi kenyataan. Kata-kata itu bisa menjadi doa yang terkabul.
Untuk menghindarinya, ketika marah hendaknya mengatakan sesuatu yang baik. Sesuatu yang baik yang dikatakan itu juga merupakan doa ibu kepada anaknya.
Memang ini sesuatu yang sulit namun perlu dicoba dan dijadikan kebiasaan agar anak-anak kelak menjadi anak-anak yang baik sesuai dengan apa yang orang tua katakan.
Doa yang baik ketika marah tidak hanya dilakukan oleh seorang ibu saja, hendaknya seorang ayah ketika marah dengan anaknya atau istrinya juga mengatakan hal yang baik, jika belum bisa lebih baik diam.
Memang ini sulit, saya sendiri juga merasakan ini sulit Bun, namun tidak ada salahnya jika berproses dan belajar membangun kebiasaan tersebut. Jika sudah terbiasa, semua menjadi mudah.
Mari Bun, kita rajin-rajin mendoakan anak-anak kita baik dalam keadaan rasa sayang atau dalam keadaan marah. Cukup sebagai pengingat bahwa doa seorang ibu itu mustajab maka mari kita berdoa yang baik-baik saja untuk anak-anak kita.[ind]