USTAZ Faisal Kunhi M.A dalam sebuah kesempatan menjelaskan bahwa Allah yang akan memberi kekuasaan.
قُلِ ٱللَّهُمَّ مَٰلِكَ ٱلْمُلْكِ تُؤْتِى ٱلْمُلْكَ مَن تَشَآءُ وَتَنزِعُ ٱلْمُلْكَ مِمَّن تَشَآءُ وَتُعِزُّ مَن تَشَآءُ وَتُذِلُّ مَن تَشَآءُ ۖ بِيَدِكَ ٱلْخَيْرُ ۖ إِنَّكَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ
Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Ali Imran: 26).
Allah berfirman, “Katakanlah,” wahai Muhammad, dengan mengagungkan Rabbmu, bertawakkal, bersyukur, serta menyerahkan segala urusan kepada-Nya, “Wahai Rabb yang mempunyai Kerajaan,” yakni milikmu segala Kerajaan. Hanya Engkau, ya Allah, yang memberi dan menghalangi. Apa yang Engkau kehendaki pasti terjadi, dan apa yang tidak, maka tidak akan terjadi.
Ayat ini mengandung ajakan dan dorongan untuk bersyukur kepada Allah atas nikmat-Nya kepada utusan-Nya dan umat ini.
Oleh karena Allah telah memindahkan kenabian dari Bani Israil kepada seorang nabi berbangsa Arab yang berasal dari Quraisy, yang ummiy (tidak bisa baca tulis) dari Mekkah, penutup para nabi secara mutlak, utusan Allah kepada seluruh jin dan manusia.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Allah berfirman:
أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَتَ رَبِّكَ ۚ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُمْ مَعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۚ وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِيَتَّخِذَ بَعْضُهُمْ بَعْضًا سُخْرِيًّا ۗ وَرَحْمَتُ رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ
“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS. Az-Zukhruf: 32).
Yakni Kamilah yang bertindak atas makhluk Kami sebagaimana Kami kehendaki.
Tidak ada yang mencegah dan menolak. Bagi Kami, hikmah yang mendalam dan hujjah yang sempurna.
Demikian pula kenabian, Kami berikan kepada siapa saja yang Kami kehendaki, sebagaimana firman Allah:
اللَّهُ أَعْلَمُ حَيْثُ يَجْعَلُ رِسَالَتَهُ
“Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan.” (QS Al-An’am: 124).
Adapun pelajaran yang dapat dipetik dari QS. Ali Imran: 26 adalah:
Allah yang Akan Memberi Kekuasaan
Allah Subhanahu wa Ta’ala penganugerah kekuasaan, dan Dia juga yang mencabutnya.
Yang diberi kekuasaan harus melaksanakan kebijakannya sesuai dengan kehendak penganugerah kekuasaan itu.
Biasanya yang berkuasa ingin selalu mempertahankan kekuasaannya dan enggan memberi kekuasaan kepada pihak lain.
Karena itu, jika Allah hendak mengalihkan kekuasaan kepada yang lain, Dia mencabutnya secara paksa dari siapa yang pernah diberi.
Turunnya ayat ini disebabkan orang-orang musyrik mengingkari kenabian yang Allah berikan kepada seorang nabi yang makan dan berjalan di pasar-pasar.
Maka orang-orang munafiq dan Yahudi merasa takjub dengan kabar gembira dari nabi untuk umatnya, yaitu ketika Rasulullah berhasil menaklukkan kota Mekkah.
Rasulullah berjanji kepada umatnya bahwa suatu saat Persia dan Romawi akan dikuasai.
Orang-orang munafik dan Yahudi berkata, “Mustahil, dari mana Muhammad bisa menguasai Persia dan Romawi? Apakah tidak cukup bagi Muhammad untuk menguasai Makkah dan Madinah, sehingga ia menginginkan untuk menguasai Persia dan Romawi?” Lalu Allah menurunkan ayat ini.
Qatadah berkata, “Disebutkan kepada kami bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memohon kepada Allah agar bisa menguasai Persia dan Romawi, lalu Allah menurunkan ayat ini.”
Baca juga: Mengapa Kekuasaan yang Terlalu Lama Cenderung Beracun?
Demikian dijelaskan dalam tafsir “Al-Wasith” karya Syaikh Wahbah Azzuhaili.
Ayat ini menunjukkan bahwa menjadi hak Allah untuk memberikan kekuasaan kepada siapa saja yang Ia kehendaki.
Walaupun manusia berusaha sekuat tenaga untuk meraih kekuasaan, namun takdir Allah juga yang berlaku.
Namun, ingatlah siapapun yang Allah berikan kekuasaan itu bukan tanda Allah memuliakannya, tetapi itu adalah ujian dari-Nya.
Dan siapa yang Allah takdirkan tidak bisa meraih kekuasaan, maka itulah cara Allah menyelamatkannya dari fitnah kekuasaan.
Dan ingatlah nasihat nabi kepada Abu Dzar ketika ia minta kekuasaan:
Dari Abu Dzarr, ia berkata, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak memberiku kekuasaan?” Lalu beliau memegang pundakku dengan tangannya, kemudian bersabda,
“يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةٌ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْىٌ وَنَدَامَةٌ إِلاَّ مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِى عَلَيْهِ فِيهَا”
“Wahai Abu Dzarr, sesungguhnya engkau adalah orang yang lemah. Dan kekuasaan itu adalah amanah, dan kekuasaan tersebut pada hari kiamat menjadi kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi orang yang mendapatkan kekuasaan tersebut dengan haknya dan melaksanakan kewajibannya pada kekuasaannya itu.” (HR. Muslim no. 1825).[Sdz]