MASALAH perilaku dan emosi pada remaja akan dianggap mengkhawatirkan jika ia tampak senang melakukan hal-hal buruk. Dalam istilah psikologi disebut dengan Conduct Disorder. Orang tua dihimbau untuk mengenali tanda-tanda saat remaja mengalami gangguan ini.
Menurut American Psychiatric Association, Conduct Disorder ini merupakan gangguan perilaku berupa pelanggaran terhadap hak-hak orang lain atau norma masyarakat, seperti menyakiti orang lain, menyiksa hewan, merusak benda dan segala hal yang mengakibatkan konsekuensi hukum.
Baca Juga: Punya Anak Usia Remaja, Ini Empat Tips Perawatan Wajah Mereka
Kenali Tanda-Tanda Remaja Alami Conduct Disorder
Ada beberapa pola perilaku yang ditunjukkan oleh remaja yang mengalami Conduct Disorder:
1. Sikap agresif terhadap orang lain seperti perkelahian, penggunaan senjata tajam, mencuri, memperkosa dan lain-lain. Pada hewan ia melakukan penyiksaan.
2. Merusak barang, seperti membakar dan menghancurkan barang berharga.
3. Penipuan dan pencurian, seperti dengan memanipulasi orang lain kemudian mencuri apa yang dimilikinya.
4. Melanggar aturan, seperti kabur dari rumah, membolos sekolah, keluar pada malam hari dan lain sebagianya.
Menurut DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual for mental disorder), perilaku ini pertama kali dapat diamati di prasekolah.
Namun, gejala yang lebih signifikan cenderung muncul antara masa kanak-kanak dan remaja. Jarang gejala ini muncul pertama kali setelah usia 16 tahun.
Gangguan perilaku hanya didiagnosis pada anak-anak dan remaja hingga usia 18 tahun.
Orang dewasa dengan gejala serupa dapat didiagnosis dengan gangguan kepribadian antisosial. Perawatan dini dapat membantu mencegah masalah berlanjut hingga dewasa.
Ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan gangguan perilaku ini, termasuk: gaya pengasuhan yang keras, kekerasan fisik atau seksual selama masa kanak-kanak, pola asuh yang tidak stabil, penggunaan zat berbahaya selama kehamilan, aktivitas kriminal oleh orang tua, dan kemiskinan.
Perilaku ini menyebabkan disfungsi yang signifikan dalam berbagai situasi seperti di rumah, di sekolah, dalam hubungan, dan dalam pekerjaan.
Namun, orang dengan gangguan perilaku mungkin menyangkal atau meremehkan perilaku mereka.
Gangguan ini juga dapat dikaitkan dengan perilaku kriminal, putus sekolah, dan penyalahgunaan zat terlarang.
Sekitar 40 persen individu yang memenuhi kriteria diagnostik gangguan perilaku, nantinya akan memenuhi kriteria diagnostik gangguan kepribadian antisosial.
Prevalensi gangguan perilaku adalah antara 1,5 persen dan 3,4 persen. Ini cenderung lebih banyak dialami oleh laki-laki.
Sekitar 16-20 persen remaja dengan gangguan perilaku juga memiliki ADHD.
Sebagai catatan, remaja dengan ADHD dan Gangguan Perilaku memiliki risiko penggunaan narkoba yang lebih tinggi.
Terapi dapat membantu anak-anak belajar mengubah pemikirannya dan mengendalikan emosinya. Terapi ini membutuhkan dukungan orang tua dan keluarga untuk memahami masalah mereka serta membimbingnya menuju perilaku yang positif dengan pendekatan yang tepat. [Ln]