ChanelMuslim.com – BTS Meal memunculkan fenomena fanatisme yang sebenarnya sudah ada sejak dahulu tapi kini terasa baru karena menghangat di tengah pandemi Covid-19.
Antrian panjang mengular terlihat di sebagian besar gerai McD di kota besar, Rabu (9/6/2021) lalu. Ratusan pengemudi ojek online memadati gerai makanan cepat saji itu demi memenuhi permintaan pelanggannya membeli Paket BTS Meal yang diluncurkan hari itu.
Sontak, kejadian itu bermakna bahwa para fans K-Pop, khususnya BTS Army, sebutan komunitas penggemar grup boyband asal Korea itu patut diperhitungkan sebagai salah satu elemen masyarakat yang berpengaruh.
Bagaimana suara para fans itu dapat mengubah persepsi masyarakat pernah terjadi saat penolakan Omnibus Law Oktober tahun lalu. BTS Army turut menyuarakan penolakannya terhadap UU tersebut.
Baca Juga: Euforia BTS Meal, Rezeki Berlimpah untuk Ojol sampai Pelanggaran Protokol Kesehatan
Fenomena Fanatisme
Di lain pihak, Psikolog Hayati Rahmah, M.Psi mengatakan bahwa fanatisme terhadap artis sudah ada sejak dulu. Fanatisme itu semakin terasa saat ada fan-base atau komunitas penggemar.
“Fanatisme terhadap artis dari dulu sudah ada dan fans K-Pop bukan sesuatu yang baru. Lalu, adanya fan-base semakin membuat fans merasa punya kesamaan dan semakin tergila-gila,” ujar Rahmah yang juga Psikolog di Aplikasi Sahabatku, Sabtu (12/6/2021).
Industri hiburan Korea memang sedang menjamur di Indonesia. Tak hanya remaja yang menggilai budaya Korea atau K-Pop, para ibu juga diketahui banyak yang menyukainya.
“Mungkin awalnya sebagai hiburan karena kontennya menarik, sedap dipandang, juga terus-menerus. Ketika orang merasa sangat fanatik, orang cenderung mengutamakan idola tersebut,” tambah Rahmah kepada ChanelMuslim.com.
Fans K-Pop BTS – Army merupakan contoh bagaimana fanatisme mampu menggerakkan para penggemar untuk mendapatkan apapun yang terkait dengan idola.
“Mungkin sedemikian fanatik ya sehingga ketika ada momen untuk mendapatkan sesuatu terkait idola jadi suatu yang ditunggu-tunggu,” kata Ibu dari dua anak itu.
Rahmah mengingatkan pentingnya memiliki batasan terhadap apapun yang diidolakan.
“Yang penting, tetap miliki batasan terhadap apapun yang diidolakan. Jangan sampai melakukan hal-hal di batas kewajaran,” ujarnya.
Ia juga menyebutkan, dalam kasus BTS Meal, tak hanya fans BTS yang membuat peristiwa itu menjadi ramai, tapi juga ada kalangan ‘fomo’ alias fear of missing out.
“Tapi yang bikin membludak, belum tentu semua fans BTS ya. Ada juga orang fomo – fear of missing out – alias enggak mau ketinggalan tren yang lagi happening. Jadi ikutan beli juga, terus bisa posting di medsos. Ada juga yang beli untuk dijual lagi karena ada motif bisnis,” tutup Rahmah.[ind]