ChanelMuslim.com – Anakku berumur 21 tahun dan kecanduan game. Bagaimana cara mengobati atau menguranginya?
Motivator dan pegiat Parenting Randy Ariyanto W. dan Dyah Lestyarini mengatakan agar ketahui dulu apa yang Bunda rasakan.
Apakah sedih, marah, kesal. Yang pertama terapi emosi negatif yang Bunda rasakan dulu. Misalnya Bunda marah anak bermain game maka rasa marahnya itu yang harus dinetralkan.
Caranya: “Ya Allah meskipun saya marah saat melihat anak saya bermain game online, saya ikhlas, saya pasrah. Semua sudah menjadi kehendak-Mu. Saya pasrahkan solusinya pada-Mu”.
Terus saja ucapkan sampai lega. Sampai hilang rasa marahnya.
Atau pakai cara kedua yaitu hooponopono.
Caranya: Bayangkan anak bermain game online lalu muncul rasa marah, kesal kemudian katakan:
“Aku memgasihimu, Aku menyesal, Maafkan Aku, Terima kasih”.
Ucapkan sampai lega. Kombinasikan dengan istighfar dan sholawat. Dua teknik ini sebagai sarana melepas emosi negatif.
Jadi Bunda sedang melakukan cleansing emosi negatif. Dengan cara mengakses kejadiannya, memunculkan emosi negatifnya lalu menghilangkan/melepas emosi negatif itu.
Ada sebuah hukum vibrasi. Jadi setiap orang itu mengeluarkan vibrasi bisa positif ataupun negatif. Jika setiap kata, perasaan, pikiran, tindakan kita negatif, sama halnya kita berbagi vibrasi negatif kepada orang lain.
Jika kita marah, kesal, jengkel, Bunda akan mengalami hal-hal seperti itu. Ada saja yang membuat jengkel, kesal dan marah.
Jika marahnya kepada anak, ada saja yang dilakukan anak yang membuat marah. Jadi netralkan dulu emosi negatif agar menjadi netral dengan terapi ikhlas pasrah dan terapi hooponopono.
Baca Juga: Cara Mengatasi Anak yang Kecanduan Game Online
Anakku Berumur 21 Tahun dan Kecanduan Game
Lalu tahap kedua, mulailah untuk memancarkan vibrasi yang positif.
Setiap melihat anak bermain game katakan dalam diri sendiri, “Memang hari ini anakku masih bermain game tetapi atas izin Allah, besok sudah tidak main lagi”.
Hati-hati ya bunda, hindari kata seperti ini: “Anakku kerjaannya main games terus”.
Bunda sama juga mendoakan anak selamanya main games. Maka setiap melihat kejadian yang tidak mengenakkan beri batas waktu:
“Hari ini memang anakku bermain games, insya Allah besok sudah tidak lagi”.
Terus perbanyak berpikir yang positif, misalnya: “Alhamdulillah anakku sudah punya aktivitas lain yang positif”. “Insya Allah karena pertolongan Allah, anakku sudah tidak kecanduan game lagi”.
“Hari ini atas kuasa Allah, anakku tidak bermain game lagi”. Bunda harus lebih banyak memproduksi kata, pikiran dan perasaan yang positif.
Ingat hukum vibrasi apa yang kita katakan, pikirkan, rasakan atas izin Allah akan menjadi kenyataan. Ingat juga bahwa kata-kata seorang ibu itu sangat mustajab bagi anaknya.
Baik dan buruknya kata-kata, pikiran dan perasaan seorang ibu sangat mudah sekali Allah kabulkan. Karena hukumnya seperti itu, maka lebih baik kita belajar untuk senantiasa berkata, berpikir dan berperasaan positif kepada anak.
Insya Allah, Allah akan kabulkan sesuai dengan ucapan dan pikiran Bunda kepada anak.
Kemudian doa. Yang bisa mengubah anak bukan kita, bukan bunda, bukan ayah tetapi Allah.
Nabi saja tidak bisa mengubah pamannya. Nabi Ibrahim tidak bisa mengubah ayahnya. Nabi Nuh tidak bisa mengubah anaknya. Nabi Luth tidak bisa mengubah istrinya.
Jadi minta kepada Allah dengan setulus-tulusnya permintaan. Berdoa kepada Allah dengan penuh kesungguhan. Hanya Allah-lah yang bisa mengubah anak kita.
Kita tidak bisa. kita hanya bisa berusaha. Jadi karena hanya Allah yang mampu mengubahnya, minta kepada Allah.
Keempat, adalah jika kita ingin anak kita baik, maka orang tuanya juga harus baik terlebih dahulu. Dan banyak berbuat baik kepada orang lain, banyak menolong, berbagi termasuk bersedekah.
Ada hukum bahwa jika kita berbuat baik, kebaikan itu untuk diri kita sendiri. Jika kita berbuat buruk, keburukan untuk diri kita juga.
Jadi agar diri kita, keluarga dan anak-anak kita selalu dalam kebaikan, kita harus meningkatkan diri untuk menjadi lebih baik dan mulai untuk lebih banyak berbuat baik kepada orang lain termasuk bersedekah.
Baca Juga: WHO: Kecanduan Game Masuk dalam Klasifikasi Penyakit Internasional Baru
Terapi untuk Orangtua dan Anak
Terapi untuk orang tua dalam mengatasi permasalahan anak kecanduan game adalah sebagai berikut.
1. Cleansing emosi negatif dengan tetapi ikhlas dan pasrah atau dengan hooponopono.
2. Memperbanyak vibrasi positif
3. Berdoa dengan sungguh-sungguh
4. Banyak berbuat baik
Lalu terapi untuk anak adalah sebagai berikut.
1. Bangun bonding dengan anak. Eratkan hubungan harmonis dan kehangatan bersama anak.
2. Anak Remaja harus disibukkan dengan hal-hal yang positif seperti bakti sosial, olah raga, kegiatan agama, berkarya dan kegiatan positif lainnya.
Jika tidak, mereka akan sibuk dengan sesuatu yang sia-sia, melenakan dan bahkan yang membuat dosa. Karena pada dasarnya manusia itu menyukai kesibukan, terlebih bagi anak-anak dan juga para remaja.
Jika tidak disibukkan dengan hal yang positif, mereka akan sibuk pada hal yang sia-sia bahkan yang berdosa. Kabar kurang baiknya, kesibukan yang positif itu ditarget, diprogram dan direncanakan, jika tidak, biasanya akan otomatis sibuk pada hal-hal yang sia-sia.
3. Coba Bunda gali passion anak. Setiap anak memiliki bakat dan passion. Saat anak menemukan passion, anak akan sibuk dengan passionnya.
Jika passion sudah ditemukan, tugas orang tua adalah mengarahkan ke yang lebih positif.
4. Carikan lingkungan yang positif. Kita akan identik dengan komunitas pergaulan yang kita ada di dalamnya.
Ini berarti komunitas itu penting dalam membentuk kepribadian, karakter, mindset, kebiasaan, dan orientasi hidup kita serta keimanan dan ketakwaan seseorang.
Artinya, mencari komunitas itu menjadi sangat penting bagi diri kita, hari ini, esok dan saat di akhirat nanti.
Bersyukurlah karena kita berada di lingkungan yang baik, sebab lingkungan yang baik itu akan senantiasa menjaga kita untuk terus berada pada jalur kebaikan dan komunitas itu juga akan menjaga kita untuk tidak berbuat buruk dan dosa.
Nah, jika ada dari kita yang belum memiliki lingkungan/komunitas yang baik, segera cari komunitas itu. Salah satu cara sederhananya dengan mengikuti kajian di masjid-masjiad terdekat.
Tugas orang tua adalah berusaha untuk mengarahkan anak agar selalu berada pada lingkungan yang baik.
5. Bisa juga orang tua perlu memberikan pemahaman akan dampak negatif bermain gadget.[ind]