SETAN selalu hadir di hati manusia. Jika hati jauh dari zikrullah, setan pun masuk dan menguasai.
Hidup ini bisa dikatakan sebagai arena peperangan antara setan dan manusia. Kalau lengah, setan akan menguasai wilayah pertahanan utama manusia: hati.
Tanpa sadar, di sekeliling kita sebenarnya ‘berkeliaran’ setan-setan yang mengintai. Mereka mencari-cari titik lemah. Kalau ada celah, dari situlah ia masuk.
Modusnya bisa macam-macam. Kalau mereka yang gemar bergaul dan bersahabat, di situ pula setan mencari celah. Yaitu, dengan meniupkan hawa permusuhan.
Ia mencari-cari apakah ada kebencian di situ. Apakah ada persaingan yang bisa dijerumuskan pada hasad, ghibah, fitnah, dan lainnya.
Kalau manusia yang senang menyendiri, setan pun mencari celah lain. Antara lain, meniupkan rasa tinggi hati atau sombong. Setan berbisik, “Yah, buat apa bergaul, Anda nggak butuh mereka!”
Sombong itu adalah menolak kebenaran Islam dan merendahkan manusia. Mungkin kita tidak berani merendahkan Islam, tapi bisa jadi terperangkap dalam tinggi hati. Bahwa, manusia di sekitar kita payah semua.
Kalau manusia senang bersedekah, setan pun sibuk mencari-cari celah kelemahan. Antara lain mencari ‘keuntungan’ dari aktivitas sedekah yang sebenarnya sangat mulia.
Seperti apa ‘keuntungan’nya? Mungkin kesempatan untuk pencitraan, kesempatan untuk bisa disebut dermawan, dan lainnya.
Kalau manusia senang beribadah, setan pun tetap mencari celah. Setan seperti membiarkan aktivitas ibadah seseorang dalam suasana tenang, khusyuk, dan syahdu.
Namun, ketika ada celah sedikit saja, ia bergerak cepat memanfaatkan keadaan. Setan berbisik, “Wow, luar biasa Anda ini. Saya yakin, tidak ada orang sesoleh Anda di zaman seperti ini. Hebat!”
Apa dampak dari bisikan setan itu? Kalau bisikan itu membekas di hati, maka tanpa sadar akan ada perasaan ingin menceritakan kesolehan itu kepada orang lain.
Contohnya, seseorang yang mengatakan kepada temannya, “Rasanya pagi ini aku ngantuk sekali.”
Ucapan itu mengharapkan pertanyaan balik dari lawan bicara. Yaitu, “Memangnya kamu begadangin apa?”
Nah, kalau pertanyaan yang diharapkan itu muncul, jawabannya, “Aku semalaman qiyamul lail, tilawah, zikrullah!”
Begitu pun buat mereka yang gemar berdakwah, setan juga mencari-cari celah kelemahan. Ia intai sang dai. Ia menunggu waktu yang tepat untuk bisa menelusup ke hati sang dai.
Kalau ada celah, setan pun berbisik lembut, “Luar biasa. Anda memang seorang dai yang tahan banting. Hebat. Anda berdakwah tanpa mengharapkan upah. Tanpa mengharapkan ketenaran.
“Nasihat-nasihat Anda begitu memukau, menyentuh hati siapa pun yang mendengar!”
Kalau bisikan ini membekas di hati, sang dai akan berujar kepada yang lain. “Kira-kira, kemampuan bicara dan penguasaan materi saya ada kekurangannya, nggak?”
Pertanyaan ini bukan asli pertanyaan. Melainkan, sebuah umpan untuk meraih banyak pujian.
Berhati-hatilah. Amal apa pun yang kita lakukan, setan selalu mencari celah untuk bisa merusak. Rumusnya sederhana: ikhlas semata-mata karena Allah. [Mh]