ChanelMuslim.com- Seorang nelayan di sebuah sungai besar tampak asyik “bercengkrama” dengan eceng gondok. Tanaman yang tumbuh di atas air ini seperti lestari di tangan nelayan itu.
Sebuah keadaan yang bertolak belakang antara sang nelayan dengan lingkungan masyarakatnya. Mereka begitu tidak suka dengan eceng gondok.
Eceng gondok bisa membuat sungai dangkal karena sisa kehidupannya yang tenggelam ke dasar sungai. Eceng juga menyusahkan warga yang hendak bepergian menggunakan perahu karena menghalangi lalu lintas air.
Sementara, warga sekitar sedikit pun tak melihat manfaatnya. “Sudah, dimusnahkan saja. Bersihkan sampai ke akar-akarnya,” begitu suara-suara warga tentang keberadaan eceng gondok.
Sang nelayan tetap bergeming. Ia terus saja dengan kebiasaannya mengayomi pertumbuhan eceng gondok. Memang ia agak kesulitan agar eceng tidak mengganggu lalu lintas air. Tapi, kesulitan itu selalu bisa ia atasi.
Suatu hari di kala fajar menyingsing, sang nelayan terkejut saat akan memulai rutinitasnya. Semua eceng gondok di tepian sungai besar hilang entah kemana. Ia bingung. Meski terus mencari, eceng tak kunjung ditemukan.
Rupanya, seluruh warga dan pimpinan setempat melakukan pembersihan diam-diam di malam hari. Semua eceng gondok di sungai harus hilang. Selain menghalangi lalu lintas air, tanaman itu juga dianggap merusak pemandangan.
Sang nelayan termenung. Ia tampak begitu sedih.
Beberapa bulan setelah peristiwa itu, banyak warga dikabarkan sakit. Ada yang sakit lambung, ginjal, hati, alergi, dan lainnya. Dokter menyatakan bahwa mereka mengalami keracunan.
Setelah diteliti, ternyata sumber masalahnya ada di air sungai besar. Air itu bukan hanya mereka jadikan lalu lintas. Tapi juga untuk minum, memasak, mandi, dan lainnya.
Rupanya, polusi logam berat di air sungai itu begitu tinggi. Ada kandungan nikel, mercuri, hingga residu pestisida.
Saat itu para warga tersadar. Kenapa penyakit-penyakit itu datang setelah eceng gondok dihilangkan? Jawabannya, selama ini yang menetralisir racun-racun di sungai adalah sang eceng gondok.
Kesadaran itu akhirnya membuat warga bersama sang nelayan kembali menghidupkan “komunitas” eceng gondok di sungai besar. Siapa sangka, yang dianggapnya merusak justru sebenarnya pahlawan.
**
Tidak sedikit orang salah paham dengan sosok lain yang berbeda dengan sekitarnya. Mereka dinilai tidak bermanfaat, merusak pemandangan, dan beban lingkungan.
Kenapa tidak didekati, dikelola, dibina, dan diarahkan. Karena boleh jadi, di balik sisi luarnya yang tampak negatif, ada potensi besar yang sangat bermanfaat untuk lingkungan. [Mh]