TAHUN baru menjadi harapan datangnya hal baru. Meskipun tidak semua yang baru baik dan yang lama buruk.
Allah subhanahu wata’ala menciptakan matahari dan bulan sebagai tanda waktu. Tanda matahari menjadi hitungan waktu masehi. Dan tanda bulan sebagai hitungan waktu hijriah.
Tak ada yang buruk dari dua tanda waktu itu: patokan matahari dan bulan. Karena keduanya bisa menjadi momentum untuk mengukur diri di saat masa lalu dan akan datang.
Sebagian orang berharap ada hal-hal baru di waktu yang baru. Dan yang namanya baru dianggap sebagai yang baik. Itulah dunia materi umumnya: rumah baru, baju baru, bisnis baru, nasib baru, dan lainnya.
Pendek kata, di momen waktu yang baru, ada harapan meraih yang lebih baik dari waktu sebelumnya. Di situlah kenapa umumnya orang begitu exited dengan momentum tahun baru.
Islam mengajarkan bahwa pergantian waktu menjadi momentum untuk mengukur diri atau muhasabah. Jadi, bukan sekadar berharap datangnya hal baru yang menguntungkan, tapi menghidupkan kesadaran tentang apa yang buruk di masa lalu dan apa yang baik untuk diraih di masa depan.
Karena tanpa peta yang jelas tentang masa lalu, kita akan seperti anak kecil yang dikelilingi toko-toko permen: exited tapi bingung mau pilih target apa.
Tanpa patokan yang jelas, ukuran yang baik; momentum pergantian waktu boleh jadi hanya sekadar hura-hura. Senang tapi tidak tahu apa yang membuatnya senang. Atau, hanya sekadar ikut-ikutan orang lain yang biasa bersenang-senang.
Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu memberikan nasihat: hasibuu qabla an tuhasabuu. Periksalah dirimu sebelum Allah subhanahu wata’ala memeriksa kita di Hari Hisab.
Masalahnya, di Hari Hisab tak ada lagi ruang waktu untuk memperbaiki yang buruk menjadi baik. Saat itu hanya ada hukuman dan ganjaran.
Di sinilah momentum itu. Di saat ruang waktu masih terbuka untuk menjadi pembenahan diri. Harapan datangnya hal baru dimunculkan setelah muhasabah objektif terhadap diri sendiri dilakukan.
Selain itu, carilah takaran-takaran ideal untuk bisa dicapai. Sebuah takaran yang bisa menyelamatkan kita dalam hidup dunia ini untuk mencapai kehidupan berikutnya. Bukan sekadar dunia saat ini.
Karena kita tak pernah tahu, kapan rentang waktu dunia kita akan berakhir. Boleh jadi, sebelum datang momentum waktu yang baru itu, masa aktif usia kita tak sampai di waktu itu.
Jadikanlah waktu hari ini lebih baik dari kemarin, dan esok akan menjadi yang jauh lebih baik dari hari ini. Insya Allah. [Mh]