PAHALA akan Allah sempurnakan balasannya di akhirat. Dunia terlalu kecil untuk disetarakan dengan pahala seseorang.
Ada seseorang yang ikhlas melaksanakan kerja bakti untuk pembangunan masjid. Padahal, itu hari Ahad yang mestinya bisa digunakan untuk istirahat.
Teman dari seseorang itu bertanya, “Kamu dibayar berapa kerja bakti di masjid? Masak sih gratis? Kan kamu tenaga profesional?”
Ia menjawab pendek, “Bayarannya pahala dari Allah!”
Sang teman berkilah lagi, “Pahala? Emang pahala bisa buat beli beras?”
**
Sepenggal obrolan di atas mungkin pernah kita alami. Ada orang di sekitar kita yang mencandai keikhlasan kita beramal untuk kegiatan sosial. Dan tentu saja jawabannya spontan, “Insya Allah ada balasan pahala dari Allah!”
Kata ‘pahala’ mungkin tidak masuk akal untuk mereka yang kurang paham dengan Islam. Bagaimana mungkin orang yang sudah mengorbankan waktu, tenaga, bahkan uang; begitu rela dengan ‘iming-iming’ pahala.
Seperti sebuah celotehan iseng, “Emang pahala bisa buat beli beras?”
Tentu saja tidak bisa. Karena dunia ini memang bukan tempat untuk balasan pahala. Pahala melampaui apa yang ada di dunia. Tidak akan muat dunia menampung pahala seorang sekali pun.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menggambarkan nilai shalat sunnah sebelum shalat Subuh. Nilainya menurut Nabi, lebih baik dari dunia dan isinya.
Bayangkan, pahala untuk dua rakaat shalat sunnah saja sudah melampaui nilai seisi dunia. Apalagi dengan shalat wajibnya, dan berbagai ibadah lain yang jauh lebih besar.
Karena itu, pahala hanya akan dilunasi di akhirat kelak. Yaitu, dalam bentuk surga yang penuh dengan kenikmatan.
Dan lagi, hal ini butuh pemahaman Islam yang baik dan tentu saja keimanan pada Allah subhanahu wata’ala.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada Kiamat sajalah diberikan dengan sempurna balasanmu. Siapa yang dijauhkan dari neraka dan dimasukkan kedalam surga, sungguh dia memperoleh kemenangan. Kehidupan dunia hanya kesenangan yang memperdaya.” (QS. Ali Imran: 185)
Jadi, yakinlah bahwa tidak ada yang sia-sia dari semua jerih payah amal ibadah kita. Dan jangan sekali-kali menyamakan pahala dengan nilai materi di dunia ini, apalagi beras. [Mh]