IRI ingin seperti orang lain. Jangan iri karena hasad, tapi iri karena ingin baik seperti mereka.
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu: ada sejumlah sahabat Nabi mengatakan kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, “Ya Rasulullah, orang-orang kaya (dari kalangan sahabat) telah pergi dengan membawa pahala yang banyak.
“Mereka shalat, sebagaimana kami shalat. Mereka berpuasa, sebagaimana kami berpuasa. Sementara, mereka (mampu) bersedekah dengan kelebihan harta mereka.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Bukankah Allah telah memberi jalan untuk kalian bersedekah? Sesungguhnya setiap tasbih merupakan sedekah, takbir sedekah, tahmid sedekah, tahlil sedekah, amar ma’ruf nahi munkar sedekah, dan hubungan suami istri kalian juga sedekah….” (HR. Muslim)
**
Inilah beda umumnya kita dengan generasi sahabat Rasulullah. Mereka iri karena raihan pahala dari para orang kaya, sementara kita mungkin iri karena kekayaan yang dimiliki orang lain.
Tapi, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan jawaban yang bijak. Bahwa, dalam kemiskinan pun tetap bisa bersedekah dan nilainya sama baik dengan orang kaya.
Jadi, jangan disalahartikan bahwa bersedekah bisa dengan membaca tasbih, takbir, tahmid, tahlil, dan lainnya. Karena itu, tak perlu dengan uang. Toh, nilainya sama.
Rasulullah menjawab ini karena yang bertanya adalah para sahabat yang tergolong tidak mampu. Kalau yang bertanya orang kaya, maka jawabannya tentu bersedekah dengan uang.
Nabi juga tidak melarang para sahabat iri dengan yang lain dalam hal berlomba kebaikan dan pahala. Begitu pun kita yang bisa terus berlomba dalam kebaikan, dalam hal yang kita punya. [Mh]