SUBJEKTIVITAS manusia memang semu. Benda yang jauh begitu jelas, tapi yang dekat tak terlihat.
Menemukan kekurangan orang lain kadang tak sesulit menyadari kelemahan diri sendiri. Keburukan yang ada di orang lain cepat terlihat, tapi tentang diri sendiri tak terasa.
Inilah masalah umumnya manusia. Kedua mata kita memang selalu tertuju ke orang lain, bukan ke diri sendiri.
Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu pernah menasihati, “Hasibu qabla an tuhasabu.” Artinya kira-kira, periksalah dirimu sebelum kamu akan diperiksa (oleh Allah subhanahu wata’ala).
Selagi masih di dunia, selagi masih ada peluang untuk memperbaiki diri, banyak-banyak bermuhasabah tentang kualitas diri sendiri. Jika ditemukan kekurangan, bisa dilakukan perbaikan karena masih ada peluang.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Hai orang-orang beriman. Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok).
“Dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain, (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu mencela satu sama lain…)” (QS. Al-Hujurat: 11)
Ayat ini memerintahkan orang beriman agar tidak saling mencela. Karena boleh jadi, orang yang dicela lebih baik, lebih soleh, dari yang mencela.
Menariknya, ayat ini mengkhususkan tentang perempuan. Padahal, kata kaum saja sudah termasuk laki dan perempuan.
Hal ini mestinya menjadi peringatan siapa pun, khususnya perempuan, untuk menjaga lisan mereka. Jangan mencela, mencibir, atau merendahkan orang lain.
Selain hal itu dosa, boleh jadi, orang yang dicela ternyata jauh lebih baik, lebih soleh, dari mereka yang mencela.
Ketika melihat keburukan atau cela orang lain, jangan terpancing untuk menyatakan sesuatu. Kunci rapat-rapat lisan kita. Dan sembunyikan apa yang terlihat buruk itu di dalam hati untuk kemudian dibuang.
Sebuah kasus tertentu tidak bisa menjustifikasi seluruhnya. Karena boleh jadi, pada saat itu seseorang khilaf atau lengah. Padahal sejatinya ia tidak seperti yang tergambar dalam kasus itu.
Jadi, siapkan seribu satu sikap husnuzon kita, baik sangka kita terhadap orang lain. Terlebih lagi terhadap mereka yang memang dikenal soleh dan baik.
Ketika memang akhirnya kita menemukan keburukan orang lain, sadarilah, bahwa boleh jadi diri kita sendiri lebih buruk dari orang lain. Hanya saja, Allah menghijab aib kita sehingga tak terlihat orang lain.
Sibukkanlah untuk memeriksa keburukan diri sendiri. Dengan begitu, kita tak ada waktu mencari-cari keburukan orang lain. [Mh]