SAHABAT setia itu mahal. Bersyukurlah jika banyak sahabat setia di sekeliling kita.
Ada dua lelaki yang saling bersahabat: Doni dan Toni. Lama sekali jalinan persahabatan mereka. Bahkan sejak mereka masih kecil.
Di sebuah momen reunian, keduanya bersama-sama ke puncak gunung. Hal ini tergolong jarang karena biasanya mereka hanya bermain di sekitar rumah mereka.
Doni tidak bisa memanjat pohon, sementara Toni begitu mahir. Mungkin karena Toni biasa bermain di kebun sementara Doni hanya bermain di sekitar rumah dan sekolah.
Ketika keduanya tiba di sebuah hutan, mereka kaget bukan kepalang. Hanya belasan meter di depan mereka, ada seekor beruang yang siap mengejar.
Dalam suasana serba panik itu, tiba-tiba Toni lari dan memanjat sebuah pohon besar. Ia terus memanjat hingga berada di bagian puncak pohon.
Tampaknya Toni melupakan sesuatu yang begitu penting. Yaitu, sahabatnya: Doni, yang ia tahu tak bisa memanjat pohon sama sekali.
Bagaimana nasib Doni?
Berbeda dengan Toni, Doni berusaha untuk tidak panik. Ia pernah dengar kalau hewan buas tak suka dengan orang yang sudah mati.
Karena itulah, ia langsung pura-pura tidur di tanah. Ia menahan nafas sekuatnya ketika beruang menghampiri tubuhnya, seolah orang yang sudah mati.
Toni yang berada di atas pohon menonton keadaan sahabatnya di bawah. Beruang mencium-cium tubuh Doni seperti memeriksa sesuatu. Mulai dari kepala hingga kaki. Setelah itu, beruang pergi begitu saja.
Setelah yakin beruang sudah pergi jauh, Toni turun menemui sahabatnya yang selamat. Sambil bercanda, ia mengatakan kepada Doni, “Hei, apa yang dibisikkan beruang kepadamu?”
Doni yang sudah di posisi duduk menjawab, “Dia bilang, jangan temani orang yang egois! Persahabatannya palsu!” Doni pun berlalu meninggalkan Toni yang masih bengong.
**
Bukti setianya seorang sahabat bukan pada suasana normal. Melainkan pada keadaan darurat dan bahaya.
Sahabat sejati akan rela berkorban demi sahabatnya. Bukan sebaliknya, hanya ingin menyelamatkan dirinya sendiri.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengajarkan, “Tidaklah beriman seseorang di antara kalian (dengan keimanan yang sempurna) sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (HR. Bukhari dan Muslim) [Mh]