PUASA batal adalah keadaan di mana puasa seseorang tidak sah atau tidak dianggap sebagai puasa yang valid. Ustaz Farid Nu’man Hasan menjelaskan beberapa hal yang dapat membatalkan puasa.
1. Murtad
Allah berfirman:
وَمَنْ يَرْتَدِدْ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَيَمُتْ وَهُوَ كَافِرٌ فَأُولَئِكَ حَبِطَتْ أَعْمَالُهُمْ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَأُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
Barang siapa diantara kamu murtad dari agamanya lalu dia wafat, maka dia kafir dan terhapus amalnya baik di dunia dan di akhirat. Mereka itulah penghuni neraka dan mereka abadi di dalamnya. (QS. Al Baqarah: 217).
2. Makan dan Minum sengaja
Nabi bersabda:
من نسي وهو صائم فأكل أو شرب فليتم صومه فإنما أطعمه الله وسقاه
Barang siapa yang lupa, dia makan atau minum, padahal dia sedang puasa, maka hendaknya dia sempurnakan puasanya. Sesungguhnya Allah-lah yang memberikannya makan dan minum. (HR. Muslim No. 1155).
Jadi, kalau dia lupa, atau dipaksa oleh orang, maka tidak ada qadha dan kaffarat baginya. Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah berkata:
فإن أكل أو شرب ناسيا، أو مخطئا، أو مكرها، فلا قضاء عليه ولا كفارة.
Jika dia makan atau minum karena lupa, atau tidak sengaja, atau dipaksa, maka tidak ada kewajiban qadha dan kafarat baginya.) (Fiqhus Sunnah, 1/465).
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
3. Muntah disengaja
Nabi bersabda:
مَنْ ذَرَعَهُ قَىْءٌ وَهُوَ صَائِمٌ فَلَيْسَ عَلَيْهِ قَضَاءٌ وَإِنِ اسْتَقَاءَ فَلْيَقْضِ
Barang siapa yang terdesak oleh muntah (tidak disengaja) dan dia sedang puasa, maka dia tidak wajib qadha, dan jika sengaja muntah maka dia wajib qadha. (HR. Abu Daud No. 2383, shahih).
Berkata Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah tentang pembatal shaum :
القئ عمدا: فإن غلبه القئ، فلا قضاء عليه ولا كفارة.
Muntah sengaja (adalah batal), jika dia terdorong oleh muntah (tidak sengaja) maka tidak ada qadha’ dan tidak ada kafarah. (Fiqhus Sunnah, 1/465).
Hal-hal yang Membatalkan Puasa (1)
Baca juga: Dalil Merokok Membatalkan Puasa
Imam Al Khathabi Rahimahullah mengatakan:
لا أعلم خلافا بين أهل العلم، في أن من ذرعه القئ، فإنه لا قضاء عليه، ولا في أن من استقاء عامدا، فعليه القضاء
Aku tidak ketahui adanya perbedaan pendapat para ulama tentang orang yang terdesak oleh muntah bahwa dia tidak ada qadha’, begitu juga -tidak ada perselisihan- bagi orang yang sengaja muntah maka wajib baginya qadha’. (Ibid, 1/466).
Maka, penjelasan ini menunjukkan bahwa muntah tidak membatalkan shaum jika tidak sengaja, kebalikannya Jika sengaja.
4. Haid dan Nifas
Syaikh Sayyid Sabiq mengatakan:
الحيض، والنفاس، ولو في اللحظة الاخيرة، قبل غروب الشمس، وهذا مما أجمع العلماء عليه
Haid dan nifas walau sesaat di waktu akhir, sebelum terbenamnya matahari, ini perkara yang sudah ijma’. (Fiqhus Sunnah, 1/466).[Sdz]