SYARAT diterimanya sebuah amal. Allah berfirman dalam surat Al-Bayyinah ayat 5:
وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ ٥
Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istikamah), melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus (benar).
Ayat tersebut menegaskan tentang pentingnya ikhlas dalam segala amalan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah berkata:
Mengikhlaskan agama untuk Allah adalah pokok ajaran agama ini yang Allah tidak menerima selainnya.
Dengan ajaran agama inilah Allah mengutus Rasul yang pertama sampai Rasul yang akhir, yang karenanya Allah menurunkan seluruh kitab.
Ikhlas dalam agama merupakan perkara yang disepakati oleh para imam ahli iman. Ia merupakan inti dari dakwah para nabi dan poros Al-Qur’an.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Memurnikan segala ibadah semata-mata karena Allah adalah merupakan salah satu syarat diterimanya suatu amalan.
Pemurnian ibadah tersebut terlihat dari niat seseorang ketika menjalankan sebuah ibadah.
Termasuk dalam makna ibadah adalah segala aktivitas yang dimaksudkan untuk mencari pahala si sisi Allah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
Amalan-amalan itu hanyalah tergantung pada niatnya. Dan setiap orang hanyalah mendapatkan sesuai dengan apa yang dia niatkan. (HR. Bukhari Muslim).
Baca juga: Kultum Ramadan Hari Kedua Puluh Empat, Dunia Tempat Cobaan
Kultum Ramadan Hari Kedua Puluh Lima, Syarat Diterimanya Sebuah Amal
Oleh karena itu, para salaf mengajari untuk melontarkan dua pertanyaan kepada diri sendiri sebelum mengerjakan sesuatu.
Pertama, kenapa kita mengerjakan hal tersebut, apa tujuannya?
Kedua, bagaimana cara kita melaksanakannya, sudahkah sesuai dengan sunnah Rasulullah?
Di antara tanda-tanda orang yang tidak ikhlas menurut Imam Ali Karramallahu Wajhah adalah malas beramal ketika sendirian.
Kedua adalah giat beramal ketika sedang banyak orang, dan terakhir menambah amalnya ketika dipuji dan menguranginya ketika dicela.
Oleh karena itu, sudah seharusnya dalam beramal kita hanya mencari ridha Allah, bukan kepentingan duniawi.
Sumber: Kumpulan Kultum Terlengkap Sepanjang Tahun – Dr. Hasan El Qudsy
[Sdz]