LEBARAN atau Hari Raya Idul Fitri bagian dari ajaran Islam. Di situlah umat melengkapi dua hubungan baik: hablum minallah dan hablum minannas.
Di penghujung Ramadan, umat Islam mulai berfokus tentang Lebaran. Ada yang tentang busana, aneka kue, dan pulang kampung.
Namun, semua itu lebih kepada tradisi atau budaya daripada ke syariat Islam. Jadi kalau ditanya apa ada sunnahnya bikin kue, baju baru, dan pulang kampung; rasanya memang tidak ada.
Namun tradisi yang baik dan tidak bertentangan dengan syariat, boleh jadi, sah-sah saja untuk dilakukan. Karena memang ada maslahat di balik itu. Mulai dari sisi ekonomi, hubungan sosial, dan lainnya.
Begitu pun tentang ucapan ‘selamat’ di Idul Fitri. Masyarakat kita memang terlanjur salah kaprah dengan ucapan ‘minal aidin wal faizin’ yang dilanjutkan dengan mohon maaf lahir dan batin.
Seolah-olah, makna ‘minal aidin wal faizin’ adalah mohon maaf lahir dan batin. Padahal, dua kalimat itu tak berhubungan sama sekali.
Ucapan itu adalah potongan dari sebuah doa yang lazim diucapkan setelah ucapan Taqabalallahu minna wa minkum. Taqabbal ya Kariim. Semoga Allah menerima ibadah kami dan kalian. Ya Allah, terimalah. Waja’alanallahu minal ‘aidin wal faizin wal maqbulin. Kullu ‘aamin wa antum bi khairin.
Artinya kurang lebih, “Dan semoga Allah menjadikan kita sebagai orang yang kembali dan meraih kemenangan dan makbul ibadahnya. Semoga selamanya kalian baik.”
Jadi, kalau mau dipotong, kalimat yang pas adalah taqabballahu minna wa minkum. Bukan minal aidin wal faizin. Karena kalimat yang terakhir memiliki potongan yang tidak lengkap.
Sementara, kalimat mohon maaf lahir dan batin adalah tambahan yang tidak ada dalam rangkaian doa itu. Sekali lagi itu hanya tradisi.
Pendek kata, Ramadan dan Idul Fitri seperti dua rangkaian hubungan yang harus disempurnakan kebaikannya. Yaitu, hubungan dengan Allah di bulan suci Ramadan. Dan, hubungan dengan manusia di Idul Fitri.
Dengan begitu, pemikiran dasar dari Idul Fitri atau Lebaran adalah hablum minannas atau hubungan baik dengan manusia.
Mulai dari menjalin dan mengokohkan silaturahim, persaudaraan, saling mendoakan, saling membantu, dan lainnya.
Jadi tentang tradisi baju baru, aneka kue dan olahan masakan, pulang kampung; merupakan bagian dari ruh hablum minannas itu.
Hablum minannas adalah upaya untuk mempercantik hubungan dengan orang lain. Bukan, memperbagus tampilan diri sendiri supaya terlihat cantik di mata orang lain.
Dahulukan tentang mempercantik hubungannya, bukan mempercantik diri sendiri. Utamakan kepedulian untuk saudara kita, bukan melulu tentang diri sendiri. [Mh]