ChanelMuslim.com- Di sebuah negeri antah berantah terdapat sebuah kerajaan yang diperintah oleh seorang ratu. Meski seorang wanita, seluruh pembesar istana begitu takut dan tunduk pada sang ratu.
Suatu hari, sang ratu tak lagi bisa menyembunyikan kegelisahannya. Sejak kematian suaminya, ia tak lagi bisa memperoleh anak. Sementara usianya sudah tergolong tua.
Dahulu ratu begitu memimpikan mempunyai anak laki-laki. Tapi Tuhan berkendak lain, yang lahir dari rahim sang ratu hanya seorang anak wanita.
Sang ratu pun harus menerima kenyataan yang menyesakkan, karena puteri satu-satunya mengalami keterbelakangan mental alias idiot. Sang anak hanya bisa tersenyum tanpa bicara, dan tanpa sebab yang jelas kenapa ia tersenyum.
Sepintas memang tak ada yang menyangka kalau sang puteri memiliki kelainan. Ia tampil begitu anggun, tingkahnya begitu gemulai, dan tak banyak kata-kata yang terdengar. Hanya senyum dan senyum.
Sang ratu akhirnya membuka diri untuk mendapatkan masukan dari para penasihat istana. Ada yang memberikan saran agar sang puteri diangkat menjadi ratu dengan pendampingan. Ada juga yang menyampaikan agar puteri dinikahkan dengan seorang pria yang cakap dalam pemerintahan, dan sebagainya.
Usul yang terakhir sepertinya menarik buat ratu. Tapi, sudah sekian lama dicari, tak seorang pun pria yang bersedia menjadi suami sang puteri yang idiot. Kalau pun ada, dia tak lulus uji kecakapan motivasi karena punya niatan buruk untuk memanfaatkan sang puteri demi ambisi pribadi.
Suatu hari, seorang teman lama sang ratu berkunjung ke istana. Keduanya saling melepas kangen sebagai teman lama. Masing-masing pun bercerita tentang keluh kesah dan hal-hal yang mereka banggakan dalam hidupnya.
“Jadi, kamu pandai membuat boneka?” ucap sang ratu kepada temannya.
Sang teman ratu menceritakan kalau itu hobinya sejak kecil. Ia tak pernah puas untuk membuat kreasi baru dari boneka.
Tertarik dengan yang diceritakan sang teman, ratu pun mengungkapkan keinginannya untuk memiliki boneka pemuda yang sering ia impikan sebagai anak kesayangannya.
“Jangan khawatir, temanku. Kebetulan aku sudah selesai membuat satu kreasiku yang pasti kamu suka. Besok lusa akan aku kirimkan lengkap dengan hiasan busana pangeran,” ungkap sang teman ratu begitu melegakan hati ratu.
Setelah lusa yang dijanjikan tiba, boneka pangeran pun tiba. Terbungkus rapat dengan kemasan yang begitu aman. Dan hanya sang ratu sebagai orang pertama di istana yang melihat dan menyentuhnya.
“Wow, dia tidak terlihat seperti boneka. Sebuah karya yang maha indah dan menakjubkan,” puji sang ratu kala boneka pangeran duduk di hadapannya.
Sayangnya, sang boneka tidak bisa bicara. Ia hanya tampil dengan wajah menawannya, tanpa sepatah kata pun yang terucap.
“Sahabatku, bisakah kau buat boneka pangeran ini bisa bicara?” tanya sang ratu kepada sahabat yang nyaris mengabulkan impiannya.
“Mungkin bisa, tapi butuh waktu yang cukup lama,” jawab sang teman ratu, begitu meyakinkan.
Namun, sang ratu begitu merasa bahwa dirinya begitu kuat. Ia yakin tak seorang pun yang akan berani mengutak-atik kebijakannya, apalagi sampai membantah.
Sambil menanti sang boneka pangeran bisa berbicara, sang ratu menobatkan boneka itu sebagai raja. Tentu saja, raja boneka, dengan penerjemahnya langsung dipegang oleh ratu sendiri.
Dengan kata lain, ratu menjadikan boneka pangeran sebagai raja imajiner yang hanya terlihat sosoknya tapi tak ada akal dan pikirannya kecuali apa yang disampaikan sang ratu.
Benar saja, nyaris tak seorang pun dari pembesar istana yang keberatan dengan sosok raja baru itu. Bahkan, tokoh-tokoh di kalangan rakyat kerajaan pun tak ada yang berani berkomentar miring dengan kebijakan aneh itu.
Mereka terus dikondisikan agar senang dan bahagia dengan kehadiran raja boneka yang adil dan bijaksana.
Kecuali ada seorang yang merasa tidak nyaman dengan keadaan raja boneka itu. Ia adalah sang puteri idiot.
Di luar dugaan sang ratu, puterinya sudah bisa mengucapkan kata raja dan boneka. “Raja, hi..hi..hi. Boneka, hi..hi..hi,” ucap sang puteri sambil tersenyum. Hanya kata-kata itu yang ia ucapkan.
Meski dengan kata-kata sederhana, ucapan sang puteri begitu menusuk hati sang ratu. Ia seperti dikritik habis-habisan oleh puterinya sendiri yang sudah lama tidak bisa bicara kecuali dua kata itu: raja dan boneka.
Sang ratu khawatir, kata-kata puterinya yang tampak sederhana, bisa membawa pengaruh buruk terhadap pembesar istana. Sang ratu ingin sekali agar raja bonekanya bisa bicara, agar puterinya tidak lagi menyebut dan menganggap sang raja sebagai boneka.
Setelah kunjungan kedua temannya, sang ratu tampak begitu percaya diri dengan raja boneka. Ia yakin, puterinya dan para pembesar istana tidak lagi menganggap raja bonekanya sebagai boneka.
Ketika sang puteri dan pembesar istana tengah berkumpul di hadapan raja boneka, tiba-tiba raja boneka bicara, “Aku bukan raja boneka. Aku raja sesungguhnya, ha…ha…ha…ha,” ucap sang raja boneka yang membuat sang puteri mengangguk-angguk pelan.
“Kuperintahkan kepada kalian semua, taati aku. Aku raja, bukan raja boneka,” ucapnya lagi.
Kali ini, ucapan raja boneka membuat sang puteri bereaksi lain. Ia pun berucap, “Raja…raja…raja!” Tanpa menambahkan kata boneka.
Saat itulah sang ratu begitu merasa puas. Tak seorang pun yang tahu kalau kata-kata itu sebuah rekaman dari kata-kata sang ratu sendiri yang diubah menjadi seperti suara pria yang berwibawa. (mh)