ChanelMuslim.com – Kisah ulama terdahulu dalam berhubungan dengan penguasa berlanjut dengan penjelasan dari Thawus.
Dari penjelasan ini, kita bisa melihat bahwa semua perbuatan Thawus dilakukan dengan alasan yang jelas.
Baca Juga: Kisah Ulama dalam Berhubungan dengan Penguasa (Part 1)
Bijaknya Thawus dalam Berhubungan dengan Penguasa
“Adapun aku mencopot kedua sandalku di pinggir permadanimu, karena aku sudah biasa mencopotnya kala berada di hadapan Allah.
Aku telah mencopotnya sebanyak lima kali. Akan tetapi, Dia tidak mencela ataupun marah kepadaku.
Adapun ucapanmu terkait ‘engkau tidak memberi salam kepadaku dengan menyapa, wahai Amirul Mukminin’
Alasannya adalah karena tidak setiap Muslim setuju atas naiknya engkau menjadi penguasa.
Jadi, aku takut kalau menjadi seorang pendusta dengan menyapamu sebagai Amir semua orang-orang beriman.
Mengenai perkataanmu ‘engkau tidak memanggilku dengan julukanku’
Aku mengetahui bahwa Allah juga menamai para Nabi-Nya.
Lalu memanggil mereka, ‘wahai Daud’ ‘wahai Yahya’ ‘wahai Isa’ bahkan Dia malah menyebut musuh-musuh-Nya dengan julukan dalam firman-Nya.
‘Celakalah tangan Abu Lahab.’
Sedangkan ucapanmu terkait ‘kamu duduk di sampingku (tanpa izin), maka hal itu karena aku telah mendengar Ali bin Abi Thalib RA berkata.
Apabila kamu ingin melihat salah seorang penghuni neraka, maka lihatlah kepada seorang yang duduk sementara orang-orang di sekitarnya berdiri menghormatinya,” jawab Thawus.
Kemudian, Hisyam pun berkata, “Kalau begitu, nasihatilah aku.”
Thawus berkata, “Aku mendengar Ali bin Abi Thalib berkata, ‘sesungguhnya, di neraka Jahannam terdapat ular-ular dan kalajengking seperti bagal (peranakan antara kuda dan keledai)
Ular dan kalajengking tersebut mematuk setiap Amir (Penguasa) yang tidak berlaku adil terhadap rakyatnya.’
Selesai.
Itulah kisah bagaimana para ulama berhubungan dengan penguasa.
Semoga kita semua bisa mendapatkan hikmah dari kisah tersebut. [Ind/Camus]