NAMA lengkapnya Qa’qa ibnu Amr At-Taimi, seorang penyair Arab terkemuka. Ia termasuk pemimpin pasukan berkuda dan pahlawan Arab di masa Jahiliyah dan masa Islam.
Ia adalah saudara Ashim bin Amr At-Taimi, seorang penyair dan penunggang kuda yang handal.
Ia pernah mengatakan, “Rasulullah pernah bertanya kepada saya,“ Apa yang telah kamu siapkan untuk berjihad?”
“Taat kepada Allah dan Rasul-Nya serta seekor kuda,” jawab saya. “Itu merupakan persiapan yang paling maksimal,” kata beliau.
Abu Bakar pernah mengatakan, “Orasi Qa’qa’ di hadapan para prajurit lebih baik dari 1000 prajurit.
Khalid bin Wahid pernah meminta bala bantuan kepada Abu Bakar saat mengepung kota Al-Hirah.
Kemudian Abu Bakar mengutus Qa’qa’ bin Amr sambil berkata, “Tidak ada satu pasukan musuh pun yang akan mengalahkan orang seperti dia.”
Ia bergabung bersama pasukan Ali bin Abi Thalib dalam perang Shiffin dan pernag A-Jamal.
Ia berdomisili di Kufah dan ikut dalam perang Al-Yarmuk dan perang Al-Qadisiyah. Ia pernah berhasil membebaskan Damaskus, Mesir, dan sebagian besar wilayah Persia.
Dalam perang Al-Yarmuk, Khalid bin Walid menyuruh Qa’qa’ dan Ikrimah untuk mengobarkan api perang untuk memulai pertempuran.
Ia adalah salah satu di antara empat orang yang diutus Umar bin Khahthab untuk membantu pasukan yang dipimpin Amr ibnu Ash di Mesir.
Saat itu, Amr bin Ash meminta bala bantuan untuk membebaskan wilayah Mesir.
Dalam surat yang ditulis Umar kepada Amr bin Ash tertulis, “Aku utus kepadamu beberapa orang prajurit.”
Di tangan mereka, wilayah Mesir akhirnya berhasil dibebaskan.
Baca Juga: Muadz Bin Jabal, 1 dari 6 Sahabat Nabi yang Hafal Quran pada Masa Nabi
Qa’qa’ Ibnu Amr, Prajurit Rasulullah yang Mempunyai Berbagai Taktik Perang
Dalam perang Al-Qadisiyah, iring-iringan gajah Persia mengganggu berkuda kaum muslimin. Kuda yang ditunggangi lari karena takut dengan gajah.
Qa’qa’ menyusun taktik untuk menghadapinya. Ia mendatangkan beberapa ekor onta dan menghiasinya dengan kain wool tebal dan kulit, lalu dipasang berguk, sehingga satu ekor onta dapat menutupi satu prajurit dan seekor kuda.
Onta yang dihiasi itu mirip dengan gajah. Prajurit yang menunggangi onta itu meloncat ke pasukan berkuda musuh, lalu membunuhnya.
Kuda yang ditunggangi musuh takut terhadap onta yang dihiasi tersebut.
Pasukan muslim yang lain juga mengikuti taktik yang digunakan Qa’qa’ dan akhirnya taktik inilah yang juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan pasukan kaum muslimin meraih kemenangan dalam pertempuran ini.
Dalam perang Al-Qadisiyah, Qa’qa’behasil membunuh Rustam, panglima perang tentara Persia.
Umar bin Khahtab pernah menulis sepucuk surat kepada Sa’ad bin Abi Waqqash. Dalam surat itu, Umar bertanya, “Siapa pasukan berkuda yang paling hebat dalam perang Al-Qadisiyah?”
Sa’ad membalas surat tersebut dan berkata, “Aku tidak melihat prajurit yang sehebat Qa’qa’ bin Amr. Dalam satu hari, ia menyerang musuh sebanyak tiga puluh kali. Dalam setiap serangan, ia berhasil membunuh satu prajurit musuh.”
Ia juga berhasil merampas pedang milik Herculee, raja Romawi; perisai milik Bahram, raja Persia dan pedang milik Na’mam.
Dalam berbagi momentum, ia seringkali memakai pedang milik Herculee dan perisai milik Kisra sebagai perhiasan.
Dalam pembebasan Al-Madain, Sa’ad bin Abi Waqqash berdoa memohon keselamatan dan pertolongan dari Allah. Sa’ad adalah salah satu sahabat Nabi yang doanya dikabulkan Allah.
Dalam perang ini, tidak ada pasukan muslim pun gugur. Hanya ada satu pasukan yang terjatuh dari kuda tunggangannya, yaitu Qa’qa’ bin Amr.
Baca Juga: Abu Ayyub Al-Anshari, Sahabat Penuh Berkah
Dalam pertempuran Jahula, Sa’ad bin Abi Waqqash menugaskan Qa’qa’ di garis depan pasukan atas instruksi dari khalifah Umar bin Al-Khathab.
Dalam pertempuran di Nahrawand, pasukan Persia berhasil mengepung pasukan garis belakang kaum muslimin.
Saat itu, Nu’mam bin Muqrin menyuruh Qa’qa’ untuk menerapkan strategi bersama ini diterapkan Qa’qa’ dengan cermat.
Ia memanah pasukan Persia, lalu mundur ke belakang. Pasukan Persia mengejarnya, lalu ia mundur. Pasukan Persia terus mengejarnya.
Ia menampakkan bahwa dirinya lari karena kejaran mereka sampai akhirnya seluruh pasukan Persia turut mengejarnya. Setelah itu, baru pasukan kaum muslimin menyerang mereka.
Pada akhir perang Nahrawand, Qa’qa’ melihat Fairuzan, panglima Pasukan Persia, lari ke puncak bukit. Qa’qa’ membuntutinya dari belakang.
Karena jalan di bukit sulit dilalui, Fairuzan turun dari hewan tunggangannya. Qa’qa’ pun turun dari tunggangannya dan mengejar Fairuzan hingga akhirnya ia berhasil membunuhnya.
Ali bin Abi Thalib pernah mengutusnya untuk menemui Thalhah dan Zubair dalam perang Al-Jamal.
Mereka akhirnya berdamai setelah mendengar apa yang disampaikan oleh Qa’qa’. Ia meninggal tahun 40 H.[ind/Wn]
(sumber: Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, Syaikh Muhammad Sa’id Mursi, Pustaka Al-Kautsar)