PERLAWANAN Quraisy atas dakwah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dilakukan melalui berbagai sisi, mereka menyerang terhadap pribadi Nabi Muhammad, keluarganya hingga risalah Islam.
Membangun Stigma Negatif
Cara Quraisy menyerang pribadi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah dengan membangun stigma negatif di kalangan masyarakat.
Mereka memberikan julukan-julukan yang buruk, seperti Muzammam yang memiliki arti orang yang sangat tercela.
Orang Quraisy tidak mau menyebut ‘Muhammad’ karena mereka tahu artinya yang sangat mulia.
Muhammad memiliki akar kata hamd artinya terpuji. Untuk menyebut orang yang terpuji dari akar kata tersebut adalah Mahmud.
Sedangkan Muhammad memiliki kata dasar Hammada yang artinya sangat terpuji, sehingga Muhammad artinya orang yang sangat terpuji.
Menurut Ustaz Asep Sobari, Lc., Muhammad berarti segala sifat yang terpuji ada pada orang tersebut.
Baca Juga: Sistem Kekuasaan Bangsa Arab Selama Dakwah Periode Mekkah
Perlawanan Quraisy Terhadap Pribadi Nabi Muhammad
Nama lain Nabi Muhammad adalah Ahmad. Ini adalah nama yang sudah diberikan kepadanya sejak kecil. Namun yang paling populer adalah Muhammad.
Ahmad juga memiliki arti dasar terpuji, namun Ahmad lebih menunjukkan kepada kualitas. Maksudnya, dalam setiap sifat yang terpuji maka Rasulullah adalah yang paling terpuji.
Begitu mulia arti kata Muhammad dan Ahmad ini membuat Quraisy enggan memanggilnya dengan sebutan tersebut.
Bagaimana mungkin mereka menghina Nabi, namun dalam waktu yang bersamaan ia juga memujinya.
Oleh karena itu mereka memberikan nama yang buruk kepada Nabi serta menyebarkannya di kalangan masyakarat Mekkah maupun di luar Mekkah.
Tapi julukan itu tidak efektif, karena orang-orang Mekkah sangat mengenal Rasulullah dengan sifat-sifatnya yang mulia.
Selain itu, Nabi Muhammad juga dijuluki dengan orang gila, dukun dan penyihir.
“Dan sesungguhnya orang-orang kafir itu benar-benar hampir menggelincirkan kamu dengan pandangan mereka, tatkala mereka mendengar Al Quran dan mereka berkata: “Sesungguhnya ia (Muhammad) benar-benar orang yang gila”. (Q.S. Al-Qalam: 51)
“Maka tetaplah memberi peringatan, dan kamu disebabkan nikmat Tuhanmu bukanlah seorang tukang tenung dan bukan pula seorang gila,“ (Q.S. At-Thur 52: 29)
Menyakiti Fisik
Mereka juga tak segan-segan menyakiti fisik dengan meletekkan kotoran, merobek baju, mencekik, dan memukul Nabi.
Imam Bukhari meriwayatkan dari ‘Abdullah bin Mas’ud RA bahwa pernah suatu hari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan salat di sisi Baitullah sedangkan Abu Jahal dan rekan-rekannya tengah duduk-duduk.
Lalu sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain: “Siapa di antara kalian yang akan membawa kotoran unta Bani Fulan lalu menumpahkannya ke punggung Muhammad saat dia sedang sujud?”
Maka bangkitlah ‘Uqbah bin Abi Mu’ith, sosok yang paling sangar di antara mereka, membawa kotoran itu sembari memperhatikan gerak-gerik Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Tatkala beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam beranjak sujud kepada Allah, dia menumpahkan kotoran itu ke arah punggung beliau di antara dua bahunya.
Aku (Ibnu Mas’ud) memandangi hal itu dan ingin sekali melakukan sesuatu andai aku memiliki perlindungan (suaka).
Lalu mereka tertawa sambil masing-masing saling mencolek dan memiringkan badan satu sama lainnya dengan penuh kesombongan dan keangkuhan sedangkan Rasulullah masih sujud.
Berupaya untuk Membunuh
Mereka juga sering mengancam dan berupaya membunuh dengan mengerahkan beberapa pemuda di antara mereka.
Upaya ini dilakukan cukup strategis, walaupun pada akhirnya mereka gagal membunuh Nabi karena Nabi sudah terlebih dahulu pergi hijrah ke Yastrib.