SYAIKH Ahmad Al Kurani adalah sosok guru pertama di balik kesuksesan Muhammad Al Fatih, sang penakluk Konstantinopel.
Ustaz K.H. Aunur Rafiq Saleh Tamhid, Lc. menuliskan tentang hal ini.
Di balik sukses Sultan Muhammad al-Fatih, pembebas Konstantinopel, ada dua orang guru dan murabbi yang berperan besar dalam mengantarkan Sultan Muhammad al-Fatih kepada kemuliaan yang dicapainya dalam sejarah tersebut.
Bahkan para ahli sejarah menyebut kedua guru dan murabbinya ini sebagai “al-Fatih ar-Ruhi lil-Qasthanthiniyah”.
Guru dan murabbi pertamanya itu adalah Ahmad bin Ismail bin Utsman al-Kurani, Syihabuddin asy-Syafi’i kemudian al-Hanafi.
Seorang ahli tafsir berasal dari Kurdi, dari desa Syahrazur.
Ia belajar di Mesir kemudian pergi ke Turki hingga ditunjuk oleh Sultan Murad bin Utsman menjadi guru bagi putra mahkotanya, Muhammad al-Fatih.
Muhammad al-Fatih muda tumbuh sebagai anak yang “bandel”, tidak mau mematuhi perintah gurunya.
Karena itu, Sultan Murad, ayahnya, mencarikan guru dan murabbi terbaik bagi Amir kecil untuk dididik dengan nilai-nilai Islam dan semangat jihad.
Ketika mengetahui anaknya punya kecenderungan hidup mewah dan glamor, dan tidak mau mematuhi guru-gurunya, sang ayah bertanya tentang guru dan murabbi yang tegas yang bisa mengendalikan anaknya tersebut.
Lalu, para penasihatnya menunjukkan kepada seorang syaikh yang mulia berasal dari Kurdi, Ahmad bin Ismail al-Kurani.
Baca Juga: Kisah Kejujuran Imam Syafii
Mengenal Sosok Syaikh Ahmad Al Kurani, Guru Pertama Muhammad Al Fatih
Ia seorang ulama yang tegas dan berwibawa. Ia berbicara kepada Sultan dengan memanggil namanya saja dan berjabat tangan tanpa menundukkan kepala.
Ia tidak pernah mendatangi Sultan kecuali diminta datang. Ia mengatakan kepada Sultan: Makananmu haram dan pakaianmu haram, maka berhati-hatilah!
Dalam mengajar, ia tdak segan-segan memukul Sultan kecil untuk mendidiknya hingga dia mampu mengkhatamkan (hafalan) al-Quran dalam waktu singkat.
Kemudian, ia mengajarinya ilmu-ilmu keislaman dan membacakan buku-buku sejarah.
Syaikh al-Kurani selalu menekankan kepada murid kecilnya agar dia membebaskan ibu kota Romawi karena merupakan kemuliaan besar menjadi komandan yang disebutkan dalam berita gembira yang disampaikan Nabi Shallallahu alaihi wa sallam.
Ketika menjadi khalifah, Sultan Muhammad al-Fatih menghormati gurunya dengan mengangkatnya menjadi mufti, hakim militer dan jabatan lainnya.
Bahkan Sultan Muhammad al-Fatih pernah menawari jabatan menteri kepada gurunya ini tetapi ditolaknya.
Syaikh al-Kurani tegas kepada muridnya bukan saat proses pendidikan saja, bahkan setelah muridnya menjadi khalifah pun ia tetap bersikap tegas kepadanya.
Suatu saat, ia menerima surat dari Sultan Muhammad al-Fatih berisi hal-hal yang menurutnya bertentangan dengan syariah, lalu ia segera menyobek surat tersebut di depan kurir pembawa surat.
Syaikh al-Kurani sendiri membangun sebuah masjid agung di Istanbul yang sampai sekarang masih ada dan mendirikan sekolah yang diberi nama Darul Hadits.
Melalui dua sarana ini, ia menyebarkan ilmunya kepada masyarakat dan murid-muridnya.
Ajaran-ajaran dan tarbiyah yang disampaikan syakh al-Kurani sangat berpengaruh dalam kehidupan Muhammad al-Fatih.
Karena ia seorang ulama yang punya spiritualitas sangat kuat. Salah satu contohnya, ia selalu menghidupkan malamnya dengan membaca al-Quran.
Baca Juga: Sosok Atikah binti Zaid yang Menjadi Istri 4 Sahabat Nabi
Di samping itu, Syaikh al-Kurani juga seorang ulama yang punya beberapa karya tulis yang menunjukkan keluasan ilmunya. Di antara buku yang ditulisnya sebagai berikut.
1- غاية الاماني فى تفسير الكلام الرباني
2- الكوثر الجاري فى رياض البخاري
3- الدرر اللوامع في شرح جمع الجوامع
4- شرح الكافية لابن الحاجب
5- الشافية فى علم العروض و القافية
6- لوامع الغرر شرح فراءد الدرر
Dari daftar karya tulisnya di atas kita bisa mengetahui betapa luas ilmu sang murabbi Sultan ini.
Syaikh al-Kurani wafat pada tahun 892 H/ 1488 M. di masa pemerintahan Sultan Bayazid II. Jazahullah khairal jaza’ ‘an ummatil Islam.[ind]
Sumber: https://t.me/robbanimediatama