ChanelMuslim.com – Namanya Sutaitah al-Mahamili. Ia lahir di kota Baghdad, Irak, dari keluarga al-Mahamili yang terhormat dan berpendidikan tinggi. Ia sangat tertarik dengan buku-buku sains terjemahan pada masanya.
Ayahnya adalah seorang qadhi (hakim) terpandang bernama Abu Abdullah al-Hussain, penulis beberapa buku fikih seperti Shalatul ‘Idain, sedangkan pamannya adalah ahli hadits. Kelak, putra Sutaitah juga menjadi hakim yang terkenal keadilannya.
Walaupun Sutaitah seorang perempuan, ayahnya tidak pernah membeda-bedakan pendidikan anak-anaknya. Ayahnya sangat memahami hadits Nabi tentang kewajiban menuntut ilmu bagi setiap Muslim. Sang ayah mengajarkan Sutaitah berbagai macam ilmu yang diperlukan dan bermanfaat.
Ketika ilmu dasar agama telah kuat ditanamkan, sains pun lanjut diajarkan. Kemudian, Sutaitah belajar kepada para ulama dan ilmuwan lainnya.
Sutaitah pun menguasai banyak bidang ilmu, seperti sastra Arab, ilmu hadits, ilmu fikih (hukum Islam), dan ilmu tafsir. Dia juga hafal Alquran, lho. Saat para perempuan Eropa masih sulit bersekolah, Islam sudah mempunyai sosok seperti Sutaitah. Keren!
Baca Juga: Musafir dan Imam Baghdad, Sang Imam Istighfar
Kisah Sutaitah al-Mahamili Sang Jagoan Matematika dari Baghdad
Pelajaran yang paling menarik bagi Sutaitah adalah Matematika. Sutaitah mendalami Matematika dari Abu Hamzah bin Qasim, Umar bin Abdul Aziz al Hasyimi, Ismail bin Abbas al Warraq, dan Abdul Ghafir bin Salamah al-Homsi.
Sutaitah sangat giat mempelajari ilmu Matematika yang memiliki banyak cabang. Ilmu aljabar (aritmatika) dan faraidh (ilmu hitung waris) ialah yang paling disukai dan dikuasainya.
Aritmatika adalah ilmu yang mempelajari bilangan dan cara memperlakukannya, misalnya penambahan, pengurangan, perkalian, pembagian, dan sebagainya.
Dalam aritmatika, Sutaitah berhasil menemukan beberapa rumus persamaan Matematika yang akhirnya digunakan oleh para ilmuwan Matematika lainnya. Tidak heran jika ia mendapatkan banyak pujian atas jasa-jasanya.
Ilmu Matematika ini begitu berkembang dalam Islam setelah seabad sebelumnya, ilmuwan Baitul Hikmah, al-Khawarizmi, memperkenalkan sistem angka 0 (nol). Lalu, berkembanglah cabang algoritma yang berasal dari namanya.
Jasa-jasa Sutaitah atas ilmu pengetahuan dipuji oleh para ulama dan sejarawan, baik Islam maupun Barat, seperti Ibnul Jauzi, Khatib al Baghdadi, Ibnu Katsir, Wiebke Walther, dan Richard Bulliet. Sutaitah wafat pada tahun 987 M dan dikenal juga dengan kemuliaan akhlaknya.[ind]
sumber: Seri Ilmuwan Muslimah ditulis oleh Sarah Mantovani (penerbit: pro-kids, 2019)