Hudzaifah Ibnul Yaman adalah orang kepercayaan khalifah Umar bin Khathtab, ia sangat membenci sifat kemunafikan (hipokrit). Sampai-sampai tema pidato politik pertamanya ketika ditugaskan menjadi gubernur wilayah Al-Madain adalah tentang sifat munafik.
Baca Artikel Sebelumnya: Sang Intelegen Nabi, Hudzaifah Ibnul Yaman
Ia menyampaikan di depan penduduk Al-Madain, “Hendaklah kalian menjauhi mauquf al-fitan?” “Apa yang dimaksud dengan mauqif al-fitan, wahai Hudzaifah?” Tanya mereka.
Hudzaifah menjawab, “mauqif al-fitan adalah pintu-pintu istana para penguasa, lalu ia membisikkan berita bohong ke telinga penguasa dan memujinya secara tidak proporsional (berlebihan).”
Hudzaifah Ibnul Yaman, Orang Kepercayaan Umar
Umar bin Khathtab pernah menugaskannya menjadi gubernur wilayah Al-Madain. Setiap kali Umar menugaskan seseorang menjadi gubernur, ia biasa menuliskan surat tugas dengan bunyi, “Aku tugaskan si Fulan dan aku perintahkan begini dan begitu.”
Tetapi ketika Umar menugaskan Hudzaifah sebagai gubernur, ia menulis surat tugas dengan bunyi, “Hendaklah kalian dengarkan apa yang disampaikannya; patuhilah perintahnya; dan berikanlah apa yang dimintanya.”
Ketika Umar akan menugaskan seseorang menjadi gubernur, ia pasti bertanya terlebih dahulu kepada Hudzaifah, apakah orang yang ditunjuknya termasuk orang munafik atau tidak. “Tidak,” jawab Hudzaifah.
“Apakah diantara para pembantuku adalah dari kalangan munafik?” Tanya Umar. “Ya, satu orang,” jawab Hudzaifah. Setelah sekian lama berlalu, Umar menanyakan hal ini kepada Hudzaifah. Hudzaifah menjawab, “Anda telah mencopot jabatannya.”
Ketika ada seseorang yang meninggal, Umar selalu menanyakan Hudzaifah. Bila Hudzaifah menghadiri shalat jenazahnya, maka Umar langsung menshalatkan jenazah tersebut. Jika tidak, Umar tidak menshalatkannya.
Ia pernah menjabat sebagai wakil panglima Nu’man bin Muqrin dalam perang Nahrawand. Ia mengambil panji setelah Nu’man gugur sampai akhirnya kemenangan dapat diraih tahun 22 H. Ia juga berhasil membebaskan kota Sanadan, Hamadan, dan Ray.
Ia memilih Kufah sebagai ibukota baru bagi kaum muslimin yang berada di wilayah Persia dan Irak.
Ketika akan meninggal, ia mengatakan, “Selamat datang maut, kekasih yang datang karena rindu. Aku tidak menyesali kedatanganmu.” Ia meninggal tahun 36 H. Ia meriwaytkan 225 hadits dari Nabi.
Sumber : Tokoh-Tokoh Besar Islam Sepanjang Sejarah, Syaikh Muhammad Sa’id Mursi, Pustaka Al-Kautsar