KEBIASAAN baik warga negeri jiran ini patut dicontoh oleh kita, sebagai warga Indonesia. Penulis dengan nama pena Bidadari Azzam menceritakan pengalamannya selama tinggal di Kuala Lumpur, Malaysia.
Kita sering mendengar pepatah, “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung”, memberikan isyarat bagi kita untuk lebih mengetahui banyak hal dan kebiasaan penduduk di sekitar tempat tinggal kita.
Begitu pula di Malaysia, kebiasaan kami sekeluarga pun mengalami sedikit perubahan untuk hal-hal terkait dengan tradisi lokal.
Misalnya, jika di Indonesia dan Polandia ada menu sarapan di kedai atau kafe nan tersedia saat awal pagi, maka di Malaysia berbeda.
Sebab kegiatan perkantoran aktif pada pukul sembilan pagi, sama seperti waktu kami berada di Bangkok, sebelas tahun lalu.
Maka biasanya masyarakat keluar mencari sarapan pada pukul 7.30 pagi, dan sudah tradisi masyarakat di sini menghabiskan waktu yang lama di kedai mamak atau kafe pada jam makan.
Ada yang nyambi presentasi atau meeting dengan relasi bisnis di saat sarapan, makan siang, atau makan malam.
Sementara itu, ada pula kebiasaan baik warga negeri jiran ini yang patut dicontoh, seringkali kebiasaan itu pula merupakan tradisi yang melekat di daerah-daerah negara Indonesia.
9 Kebiasaan Baik Warga Negeri Jiran yang Patut Dicontoh
Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut.
Memanggil orang lebih tua dengan sebutan bibi atau paman
Orang Malaysia diajari sejak kecil untuk menghormati orang yang lebih tua.
“Untuk menunjukkan rasa hormat, kami memanggil semua orang yang lebih tua (kecuali mereka yang seusia kakek kami) dengan sebutan bibi atau paman, ‘aunty/ uncle’ tak peduli apakah mereka kerabat atau bukan.
Ya, ini mencakup “paman” penjaga pom bensin, pedagang buah, dan juga kedai burger di jalan raya.” Ujar J, salah satu warga keturunan Cina.
Menunjuk dengan jempol bukan telunjuk
Ketika seorang pendatang atau turis meminta pertolongan maka orang orang Malaysia akan senang hati membantu dengan bahasa yang santun.
Lalu ketika menunjukkan sesuatu, mereka selalu memakai jempol karena dengan menggunakan telunjuk dianggap kurang sopan. Ingat selalu, yah!
Paling Suka Menyiapkan Amplop Hadiah
Di mana pun lokasimu berada, baik di kota besar maupun negeri pelosok Malaysia, warga mengisyaratkan rasa syukur dengan menyiapkan ‘angpau’ atau amplop yang diisi hadiah uang.
Biasanya hadiah ini diberikan kepada anak-anak kecil di bawah usia dua belas tahun maupun balita.
“Negara kami punya banyak hari raya dan musim perayaan. Kebiasaan budaya yang kami miliki bersama adalah kedermawanan memberikan paket kecil berisi uang kepada tamu (biasanya orang yang lebih muda) di musim perayaan besar semisal Setiap Jumat, Tahun Baru China, Hari Raya Idul Fitri, dan Deepavali,” ungkap Sist Che.
Ini juga hadiah lazim untuk pernikahan dan khitan. Ketimbang bersusah-payah mencari kado sempurna, para tamu biasanya memberikan amplop uang kepada keluarga yang melakukan acara tasyakuran.
Seringkali hadiah ini mampir tanpa disangka, sebagaimana yang penulis alami. Saat membawa anak dan balita, hampir selalu ada angpau yang dihadiahkan oleh masyarakat.
Kadang di lift, di LRT, di Bus, di saat berada di tempat mengaji, dll. Pernah suatu ketika kami sarapan di hotel, ada kakek yang membagikan uang masing-masing 5RM seorang kepada anak-anak kami.
Pernah juga saat di dalam kereta api, ada seorang muslimah yang memberikan Kak Maajidah (kala itu berumur setahun) uang sebesar 17 RM seraya berkata,
“Doakan Saya mendapat anak sholehah comel juga yah seperti ini…” aamiin, ujarku.
Baca Juga: Tutorial Pashmina Malaysian Look yang Super Simpel
Masya Allah, hampir semua turis pasti sudah merasakan kebiasaan baik warga jiran ini, namun jangan coba-coba sembarangan memberi kepada pengemis.
Selain karena ada Undang-Undang yang melarang, juga untuk menanamkan motivasi perubahan.
Karena apabila ada peminta-minta di jalan, ada tim khusus dari departemen sosial mereka yang akan menjemput dan memberikan pendidikan/pelatihan agar tidak mengemis lagi.
Biasanya di hari Jumat ada banyak cemilan ringan gratis di masjid atau surau berbagai negeri, serta para pengungsi dan fakir miskin berdiri teratur menerima angpau dari sesiapa saja usai sholat Jumat. Masyaa Allah!
Menyapa dengan Salam dan Ramah
Sepuluh tahun terakhir ini, akibat derasnya informasi, terasa bahwa warga Malaysia makin ramah.
Rata-rata mereka menyapa dengan mengucapkan salam, “Assalamu’alaykum… Selamat Pagi! Selamat Tengah hari! …” dan bentuk sapaan lainnya. Tentu dengan senyuman.
Kalimat selanjutnya yang paling sering dilontarkan adalah “Sudah makan?” penting untuk diingat, janganlah bingung dengan pertanyaan tersebut.
Di mana pun kamu berada saat berjumpa kenalan baru yang seperjalanan, warga Malaysia akan menanyakan hal itu, “Sudah makan?”
Ini mirip dengan sapaan ramah orang Inggris kepada satu sama lain, “How’s the weather like?” Para ekspatriat yang masih baru dengan kebiasaan budaya Malaysia sering merasa ini menggelikan atau membingungkan.
Namun perlu diapresiasi, bahwa Orang Malaysia peduli dengan kesehatan orang lain, ‘sudah makan?’ adalah tanda perhatian supaya yang disapanya ‘jangan sampai lupa makan akibat kesibukan bekerja’.
Tidak Suka Minuman Beralkohol
Mereka menyadari bahawa minuman beralkohol diharamkan oleh Islam, selain karena perintah agama, kerugian yang didapat adalah minuman beralkohol mengganggu kesehatan dan ketenangan orang lain.
Jika ada segelintir orang yang mengonsumsi alkohol biasanya tidak akan sampai mabuk.
Mereka juga ada aturan undang-undang dan denda jika mengganggu ketentraman umum akibat efek dari mabuk pasca minum-alkohol berlebihan.
Baca Juga: Ini Perbedaan Tren Kerudung di Indonesia dan Malaysia
Menjaga Anak Wanita untuk Tidak Keluar Malam
Wanita Malaysia sangat menghormati dirinya sendiri dan keluarga, maka dari itu, mereka yang belum atau sudah memilki suami tidak mau keluyuran keluar malam di atas pukul sembilan malam.
Adab keluar rumah terlalu malam dianggap sangat tidak sopan dan dapat menimbulkan berbagai fitnah serta memicu terjadinya kejahatan.
Adapun kanak-kanak atau remaja, biasanya jika terlihat di tempat umum saat malam hari, tidaklah lepas dari penjagaan orang tua.
Mungkin mereka ada acara cuti sekolah, sehingga menikmati makan malam di luar dan bermain di arena permainan publik bersama keluarga.
Ini juga merupakan tradisi di banyak daerah negeri kita yang merupakan saudara serumpun.
Mayoritas Balita dan Manula Sangat Suka Belajar
Mereka belajar alif-ba-ta sejak usia dini, dan para manula di usia pensiunnya menghabiskan masa ‘mengulangi pelajaran’ tanpa bosan.
Kamu akan sering menemui banyak acara atau program yang pesertanya seusia orang tuamu, terutama ilmu agama Islam.
Para kakek nenek ini sudah terbiasa membawa alat tulis lengkap, membedah kitab, diskusi, mencatat atau merangkum, dan ada program ‘doa khataman al-Quran’ setiap malam Jumat.
Mereka di sini belajar dengan guru-guru bersanad, bersertifikasi sesuai kekhususan ilmu masing-masing guru.
Penulis hampir tidak pernah menemui Warga Malaysia Muslim (di usia senja) yang buta huruf al-Quran. Masya Allah…
Kebiasaan Membuka Sepatu dan Sandal
Tak hanya di rumah maupun ketika bertamu di tempat orang lain, ketika memasuki wilayah surau pun demikian. Semua WC umum di Malaysia terpisah dari area surau dan tempat berwudhu.
Dan di kala akan memasuki wilayah surau, semua orang membuka sandal atau sepatu. Lalu menggunakan terompah atau tanpa alas kaki di tempat berwudhu.
Banyak sabun dan shampo wakaf berjejer di area wudhu, terkadang ada yang menyediakan handuk atau lap tangan.
Biasanya sama seperti di Indonesia, usai berwudhu dan menanti waktu sholat, jamaah bisa membaca alQuran atau kitab-kitab pengetahuan Islam yang diletakkan di rak masjid atau surau tersebut.
Bedanya, di Malaysia tidak ada kotak-kotak infaq di masjid besar sebab segala urusan program di masjid-masjid besar menggunakan anggaran kerajaan. MasyaAllah..
Semakin Banyaknya Pasar Murah dan Gratis
Komunitas sukarelawan dan aktivis masjid, baik di universitas maupun lingkungan masyarakat sering mengadakan pasar murah, sejenis bazaar maupun pasar gratis.
Jadi, masyarakat bisa menghibahkan barang-barang yang menumpuk di rumahnya, lalu kumpulan masyarakat lain yang memerlukan datang ke sana untuk mengambil barang tersebut.
Terutama di kawasan para pengungsi atau daerah agak terpencil, pasar seperti ini sangat diperlukan.
Biasanya pada momen tersebut, ada pula penyediaan paket-paket sembako ‘yang semuanya gratis’ bagi warga yang memerlukan.
Subhanallah, tingkat kepedulian sosial di sini memang tinggi, terutama di wilayah pinggiran kota.
Semoga info ini bermanfaat, salam ukhuwah dari Kuala Lumpur![ind]
Tulisan ini pernah ditayangkan pada 25 Januari 2018.