TAHAP depresi bisa ditunjukkan dengan sikap menarik diri, tidak mau berbicara, muncul ketakutan, perasaan tidak menentu dan rasa putus asa.
Konselor Keluarga Cahyadi Takariawan menjelaskan tentang tahapan depresi yang dialami oleh siapa pun ketika kehilangan seseorang yang dicintainya.
Kita kembali pada contoh kejadian seorang istri kehilangan suami yang sangat dicintai, lantaran Covid-19.
Pada tahap pertama, ia mengalami denial atau penolakan. Setelah semakin menyadari bahwa suaminya benar-benar sudah meninggal, bahkan sudah selesai pemakaman, respon berikutnya adalah marah (anger).
Perempuan tersebut semakin menghayati makna kehilangan suami. Ia merasa bargaining yang ia lakukan tidak mengubah keadaan.
Maka ia mulai mengalami depresi, yang bisa ditunjukkan dengan sikap menarik diri, tidak mau berbicara, muncul ketakutan, perasaan tidak menentu dan rasa putus asa.
Baca Juga: Benarkah Depresi Tanda Kurang Iman?
Mengenal Tahap Depresi saat Berduka
Di saat berada pada tahap pertama dan kedua, seseorang banyak mengungkapkan kekecewaan dan kemarahan kepada setiap orang yang dijumpai.
Namun di tahap keempat, ia mulai enggan berbicara, dan merasa tidak ada lagi gunanya bicara.
“Rumah Sakit malah menyalahkan aku. Mereka benar-benar tidak mengerti esensi tuntutanku”, ini respon putus asa.
“Semua orang tidak mengerti maksudku. Mereka tidak mau mendengar protesku”, ini contoh respon menarik diri.
Pada contoh seseorang yang divonis mengidap penyakit kanker ganas stadium 4, di fase ini ia merasa tak ada gunanya hidup.
“Rasa-rasanya lebih baik aku mati saja. Untuk apa hidup jika harus menanggung penyakit seperti ini”, ini contoh respon depresi.
Seseorang yang berada pada tahap keempat ini sebenarnya sudah mulai menerima kedukaan yang terjadi sebagai kenyataan yang harus dihadapi.
Namun ia tidak sanggup untuk bersikap tegar, karena merasa semua tuntutan, kekecewaan, kemarahan dan bahkan bergaining yang ia lakukan, tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan.
Gejala yang biasa muncul di tahap ini adalah malas makan, susah tidur, kehilangan gairah hidup, cepat letih dan bahkan disorientasi.
Ia menjalani hidup tanpa gairah, dan ditunjukkan dengan sikap yang cuek dan apatis. Suasana ini bisa berlangsung dalam hitungan hari, hingga hitungan tahun.[ind]
BERSAMBUNG.