SEORANG mahasiswa Indonesia di China Nathaniel Hartono Putra mendorong interaksi wayang kulit sebagai bagian dari upaya menjembatani budaya antara Indonesia dengan negeri Tirai Bambu itu.
Dikutip dari Antaranews, Baru-baru ini, Nathaniel turut bergabung dengan para penonton lainnya untuk menyaksikan sebuah pertunjukan wayang kulit bertajuk Lian Nian You Yu, yang secara harfiah berarti setiap tahun terdapat ikan.
Sorotan cahaya yang memancar di balik kain putih langsung menarik perhatian dan menghentikan obrolan para penonton, sementara seekor ikan mas tampak berenang dengan lincah di permukaan kain tersebut.
Diiringi alunan musik tradisional lokal, ikan tersebut tampak bergoyang-goyang dan menampilkan gerakan yang menggemaskan, dan kemudian mendapat tepuk tangan meriah dari para penonton.
“Wayang kulit Jawa telah dikenal luas di seluruh dunia, namun saya justru baru mengetahui bahwa di Shanxi, yang berjarak ribuan kilometer dari kampung halaman saya, terdapat kesenian serupa,” ujar Nathaniel.
Baca juga: Mahasiswa ITB Raih Juara Tiga dalam Kompetisi Karya Tulis Ilmiah Pharmaland 2025
Mahasiswa Indonesia Dorong Interaksi Wayang Kulit di China
Xiaoyi merupakan salah satu pusat kesenian wayang kulit di China. Sejumlah mural purbakala yang terdapat di Xiaoyi menunjukkan bahwa wayang kulit telah muncul di kota tersebut sejak lebih dari seribu tahun lalu.
Senang melihat ketertarikan Nathaniel pada pertunjukan tersebut, ungkap Wu Junli, artis wayang kulit yang berusia lebih dari 70 tahun, dengan antusias memperkenalkan keseniannya kepada Nathaniel.
“Lian Nian You Yu, pertunjukan yang baru saja Anda saksikan, menampilkan ikan yang dalam bahasa Mandarin disebut ‘Yu’, pelafalannya sama dengan kata ‘melimpah’. Pertunjukan ini mengandung harapan masyarakat akan kesejahteraan,” katanya.
Dari sudut pandang Nathaniel, wayang kulit di Jawa dan China tidak jauh berbeda dari segi cara memainkan, tetapi berbeda secara signifikan dalam alur cerita dan irama musik yang mengiringinya.
Kesenian wayang kulit di Xiaoyi juga menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat setempat.
Di sebuah pusat pelestarian warisan budaya takbenda di Desa Jiajiazhuang, Xiaoyi, Nathaniel bertemu dengan beberapa orang wanita yang sedang memproduksi wayang kulit. Dipenuhi dengan rasa ingin tahu, Nathaniel kemudian mengikuti mereka sekaligus ngobrol dengan para perajin tersebut.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Zhang Aiqing, salah seorang dari kelompok wanita tersebut, mengatakan bahwa dirinya mulai terlibat dalam mewarnai wayang kulit karena suaminya bekerja di sebuah rombongan seni di Xiaoyi. Dengan sering menyaksikan suaminya memainkan wayang kulit, Zhang perlahan-lahan jatuh cinta terhadap kesenian tersebut.
Ketika pekerjaan pertanian sedang tidak terlalu padat, Zhang bekerja paruh waktu di pusat pelestarian itu dan meraup penghasilan sebesar 2.000 yuan (1 yuan = Rp2.259) per bulan.
Du Liangshu, Wakil Kepala Biro Kebudayaan dan Pariwisata Xiaoyi, menyampaikan kepada Nathaniel bahwa otoritas setempat sedang berupaya mempromosikan seni wayang kulit ke komunitas dan kalangan muda agar masyarakat lebih mengenal kesenian ini.
Berbagai produk kreatif yang relevan juga diminati warga lokal maupun wisatawan, yang juga turut berkontribusi dalam meningkatkan pendapatan pekerja di industri terkait.
“Di sini saya melihat generasi muda China sangat menghargai kesenian tradisional mereka, dan saya berharap Indonesia dan China dapat terus memperdalam kerja sama di bidang kebudayaan,” ujar Nathaniel. [Din]