ChanelMuslim.com – Sahabat Muslim, tingkatkan kapasitas diri untuk membaca dunia. Dunia makin berkembang, maka sudah seharusnya kita juga menjadi pribadi yang berkembang.
Baca Juga: Hotel-hotel di Mesir Kembali Beroperasi dengan Kapasitas Penuh
Tingkatkan Kapasitas Diri untuk Membaca Dunia
Dikutip dari channel telegram Generasi Shalahuddin, Former Defense Minister of Zionist, Moshe Dayan pernah berkata, “Kalian tahu mengapa kini Umat Islam kalah? Karena mereka tak mau menengok sejarah mereka, tak pandai merencanakan sesuatu, dan malas.”
Dijelaskan bahwa dunia kita sudah berubah banyak. Setiap detik ada saja inovasi hebat, setiap menit ada kelahiran generasi baru, setiap jam ada peristiwa yang mencetak sejarah besar, dan setiap hari wajah bumi berubah oleh ide dan gagasan.
Dan dari sinilah kita perlu bertanya, apakah kita benar-benar menguasai ritme zaman yang bergerak cepat?
Atau ternyata kita tergopoh-gopoh seperti ketinggalan kereta malam yang tak akan kembali.
Meninggalkan kita, jauh, dan kita hanya bisa menunggu kereta baru. Itupun kalau ada, sebab hari sudah terlalu malam.
Walaupun kamu lahir di tanah Sunda, tapi kini kamu bisa membaca peristiwa di Ankara. Sekalipun jejakmu masih berputar di Jawa, tapi kini kamu bisa melihat apa yang terjadi di Vienna.
Namun sayangnya, kita lebih sering menggunakan gadget untuk scroll media sosial dan membaca notifikasi daripada mentadaburi ke mana arah dunia.
Baca Juga: Unpam Ajak Guru di Bogor Tingkatkan Kapasitas
Permasalahan Setiap Hari Bertambah
Sebab permasalahan setiap hari bertambah, jangan sampai kapasitas kita menghadapi masalah tidak bertambah.
Bayangkan, ketika Kaum Muslimin masih dakwah diam-diam di Makkah, Allah sudah turunkan Surat Ar Ruum yang memberitakan sebuah headline konflik Internasional antara Romawi dan Persia.
Allah seperti memberi sinyal, bahwa walaupun kita masih merangkak naik, tapi kita harus tahu apa yang terjadi pada dunia.
Sebab suatu saat nanti kita akan digulirkan untuk memimpinnya, seperti generasi Sahabat yang hanya dalam waktu tak sampai 30 tahun, benar-benar menaklukkan Romawi dan Persia. Dari nothing menjadi everything.
Banyak contoh ketidaktahuan terhadap dunia. Contohnya, kebingungan mencari sebuah negara di peta dunia. Kita ini masih gugup membaca dunia dengan luasnya.
Pikiran kita terkunci di ruang tempat di mana kita berdiri, duduk, bermain, berjalan dan tidur. Ingatlah bahwa Allah telah menunjuk kita menjadi Khalifah, pemimpin untuk bumi seutuhnya.
Kita tak bisa menggambarkan konflik Rusia, China dan Eropa di Suriah sebab kita tak tahu betapa pentingnya hot spot Suriah di tengah-tengah banyak kepentingan, karena letaknya saja kita bahkan tak paham.
Kita tak bisa menjiwai kenapa banyak sekali negara-negara ingin mencaplok Palestina, karena kita gugup dan berusaha berkilah ketika ternyata tak tahu ia ada di mana di bumi ini.
Itulah pentingnya geografi dan sejarah. Geografi membantumu bisa membayangkan setiap peristiwa yang kau dengar tak hanya naratif, tapi menjadi visual dan menghujam di kepalamu.
Karena kamu tahu di mana ruangnya. Dan dengan sejarah, membantumu menangkap nilai dari sebuah peristiwa, karena kamu tahu kapan waktunya.
Menerbangkan pesawat tahun 2018 adalah hal biasa, tapi menjadi luar biasa ketika tahun 880 seorang ilmuwan Andalusia bernama Ibnu Firnas sudah mencoba untuk terbang.
Perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha dalam semalam, hari ini biasa saja. Namun, menjadi luar biasa ketika Rasulullah tahun 621sudah melakukannya hanya dalam semalam.
Think globally, act locally. Ingatlah bahwa Allah menciptakanmu sama persis dengan para kesatria pengubah sejarah, kamu ada untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik.
Caranya? Turun tangan, bukan hanya urun angan. Rencanakan dengan baik, lakukan dengan yakin. [Cms]