TIDAK berpihak dalam perseteruan antara sesama kaum muslimin. Hikmah tersebut bisa kita ambil ketika terjadi kekacauan besar antara Khalifah Ali dan pengikutnya dengan Mu’awiyah dan pengikutnya.
Baca Juga: Jabatan Tidak Ada Artinya Bagi Abdullah bin Umar (2)
Tidak Berpihak dalam Perseteruan Sesama Kaum Muslim
Kita bisa melihat Usamah tidak memihak siapa pun. Meskipun ia sangat sayang dan hormat kepada Khalifah Ali dan mengetahui bahwa Ali berada di pihak yang benar, tidak mungkin ia akan membunuh seorang muslim yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.
Sebab, dia sendiri pernah ditegur keras oleh Nabi karena membunuh seorang tentara kafir yang mengucapkan kaiimat tauhid dalam keadaan terpojok.
Ia mengirim surat kepada Khalifah Ali, “Seandainya engkau berada di mulut Singa sekalipun, aku bersedia masuk bersamamu ke dalamnya. Tetapi, untuk urusan ini, aku tidak bisa menerimanya.
Maka, selama perselisihan dan peperangan terjadi, ia berdiam di rumahnya. Ketika beberapa orang rekannya mempertanyakan pendiriannya ia menjawab, “Aku tidak akan memerangi orang yang mengucapkan La ilaha illallah.
Seorang rekannya berkata, “Bukankah Allah telah berfirman, ‘Dara perangilah mereka hingga tak ada iagi kerusakan dan agar seluruh ketaatan hanya untuk Allah?’
Ia menjawab, “Yang dimaksud dalam ayat itu adalah orang-orang musyrik. Kita telah memerangi mereka, hingga tidak ada lagi kerusakan dan hingga ketaatan hanya untuk Allah.
Pada tahun 54 Hijriah, Usamah sudah sangat rindu berjumpa Allah. Ruhnya sudah gelisah ingin kembali ke tempatnya semula.
Saat itu juga, pintu-pintu surga terbuka untuk menyambut kedatangan seorang laki-laki yang sangat shalih dan takwa.
Inilah akhir dari hidup Usamah. Pelajaran berharga telah memperteguh iman dan sikapnya. Inilah lelaki sejati yang dapat menerima kesalahan dan tidak mengulanginya. [Cms]
Sumber : Biografi 60 Sahabat Nabi, Penerbit Al Itihsom