Thalhah bin Ubaidillah merupakan seorang sahabat yang memiliki peran besar dalam perang Uhud. Thalhah menjadikan tubuhnya sebagai perisai untuk melindungi Rasulullah.
Baca Juga: Kezuhudan dan Kesederhanaan Abdullah bin Umar
Thalhah bin Ubaidillah, Sahabat yang Melindungi Rasulullah dengan Tubuhnya dalam Perang Uhud
Ia adalah lelaki gagah perkasa yang satu keluarga besar dengan Abu Bakar Ash Shiddiq.
Sama-sama dari Bani Taim, dan keduanya pun pernah disiksa dengan cara yang sama oleh algojo yang sama hingga keduanya digelari sebagai ‘Al Qarinain’, alias “dua sekawan.”
Dari keluarga besar yang sama, masuk Islam di waktu yang hampir sama, dan diikat serta disakiti oleh orang yang sama, itu yang membuat Abu Bakar dan tokoh ini begitu dekat.
Thalhah masuk Islam di usianya yang masih sangat muda; 15 tahun. Profesinya adalah pedagang. Sudah sering beliau berdagang di musim panas menuju wilayah Syam.
Di sana pula beliau mendengar tentang kabar hadirnya nabi akhir zaman.
Unik, karena justru tokoh hebat kita yang satu ini mendengar kabar kerasulan Nabi Muhammad dari seorang Rahib di negeri nun jauh.
Di sebuah pasar di Syam, Rahib ini bertanya pada orang-orang, “Siapa di antara kalian yang berasal dari Makkah?”
Tokoh kita ini menjawab, “Aku, aku datang dari Makkah.”
Mendengar jawaban beliau, sang Rahib kembali bertanya, “Sudahkah nabi bernama Ahmad diutus?”
Pahlawan hebat ini belum tahu apa yang Rahib maksud, sehingga ia bertanya, “Memangnya, siapa Ahmad yang dimaksud?”
Rahib menjawab, “Ia adalah putra Abdullah bin Abdul Muthalib. Ia akan keluar dari tanah suci Makkah dan akan berhijrah ke sebuah negeri yang banyak pohon kurma serta dataran bekas gunung berapi nan bergaram. Jika dia telah diutus, bersegeralah mengikutinya.”
Kisah menarik ini diriwayatkan oleh Al Hakim dalam Mustadrak, Ibnu Sa’ad dalam Thabaqat dan Ibnu Katsir dalam Kitab Al Hidayah wa An Nihayah.
Setelah mendengar kabar itu, Thalhah akhirnya pulang ke Makkah, dan sesampainya di sana ia bertanya pada penduduk, “Apakah ada peristiwa besar yang terjadi?”
Orang-orang menjawab, “Ya, ketahuilah bahwa Muhammad mengaku sebagai seorang Rasul, dan putra Abu Quhafah (Abu Bakar) mengikutinya.”
Mendengar itu, berdegub hatinya. Ia segerakan langkahnya untuk menemui Abu Bakar dan memastikan, “Apakah benar engkau mengikuti lelaki itu?”
Abu Bakar dengan lugas menjawab, “Iya. Susullah aku, ikuti beliau karena yang diajarkannya adalah kebenaran.”
Sahabat ini semakin istimewa apalagi ketika hari Uhud diperjuangkan dengan peluh dan nyawa.
Ada saat-saat genting dimana Rasulullah terjepit, orang-orang Quraisy mengepung beliau dan sahabat-sahabat lain telah gugur syahid setelah menjadi tameng badan bagi Nabi.
Muncullah sahabat ini memasang tubuhnya sebagai perisai. Ia gunakan seluruh kemampuannya untuk melindungi Nabi dari sabetan pedang, tembakan panah dan tusukan tombak.
Dalam kecamuk itu, jari-jarinya terputus dan mulutnya mengerang, “ashhhsh.”
Mendengar itu, Rasulullah bersabda padanya, “Jika saja tadi engkau mengucap ‘bismillah’ sungguh malaikat akan mengangkatmu ke langit dan orang-orang bisa melihatnya.” (HR An Nasa’i)
Qais berkata, “Aku melihat Thalhah menggunakan tangannya untuk melindungi Rasulullah hingga jari-jarinya terputus.” Sahabat lain pun sampai berkata, “Hari itu (Uhud) adalah harinya Thalhah.”
Ya, beliau adalah Thalhah bin Ubaidillah. Sahabat hebat yang ketika suatu hari Rasulullah, Abu Bakar, Thalhah, Umar, Ali dan Zubair berjalan melewati sebuah tanah, bebatuannya bergetar hingga Rasul menenangkannya sembari bersabda, “Tenanglah engkau, sebab di atasmu ada seorang nabi, sang Shiddiq dan sang syahid.” (HR Muslim)
[Cms]
Sumber: Generasi Shalahuddin
t.me/gensaladin