SAAT kita merasa kesulitan di dunia ini, maka ingatlah bahwa semua yang kita alami akan berlalu. Memaksimalkan potensi adalah cara merespon kesulitan yang terbaik diiringi pula mengingat Allah yang tidak pernah ingkar janji kepada hamba-Nya yang berusaha dan berjuang untuk keridhoan-nya.
Dengan begitu, kita akan lebih tenang saat menghadapi kesulitan.
تأتي الأيام الصعبة كأنها لن تمضي ثم تمضي وكأنها لم تأتي فلا تيأس
Hari sulit datang seolah enggan berlalu. Kemudian akhirnya berlalu seolah tak pernah datang. Maka kamu jangan menyerah!
Ustaz Faisal Kunhi M.A. memberikan beberapa poin penjelasan berkaitan dengan ungkapan di atas:
Ketika masalah datang bertubi-tubi seakan ia tidak mau pergi mengikat tubuh ini, namun ketika ia pergi seakan ia tidak pernah datang menguji diri ini, begitulah sunnah sebuah ujian kehidupan.
Baca Juga: Diperlukan Kesungguhan untuk Melakukan Ketaatan
Kesulitan di Dunia Hanya Sebentar
Bahkan nanti ketika penduduk surga merasakan kenikmatan surga, maka mereka seperti tidak pernah merasakan kesusahan di dunia karena begitu dahsyatnya karunia Allah di surga kelak, dan ketika manusia durjana merasakan siksa neraka, lalu ia ditanya apakah pernah merasakan nikmat di dunia?
Maka dia akan menjawab, “Saya tidak tidak pernah merasakan sedikitpun, karena begitu dahsyat ujiannya.”
Sesusah-susahnya kita di dunia, kesulitan itu hanya sebentar, ia akan selesai ketika kita meninggalkan dunia ini menuju kebahagiaan yang abadi, tetapi jika sengsara di akhirat maka ia kesusahan yang membutuhkan waktu yang lama walau ada yang masuk surga setelah itu.
Lihatlah firman Allah di dalam Qur’an saat menanyakan berapa lama kita hidup di dunia.
Allah bertanya: “Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?”
Mereka menjawab: “Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari,”
Maka tanyakanlah kepada (malaikat) yang menghitung.
Allah berfirman: “Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.” (QS. Al Mukminun: 112-114)
Lalu mengapa kita menangisi kesulitan yang hanya sebentar ini lalu kita melupakan kebahagian yang abadi di akhirat kelak? Itu semua karena kita terlalu memikirkan bagaimana hidup enak tetapi kita lupa bagaimana mati enak.
Renungkanlah ayat-ayat di bawah ini jika kita menghadapi kesulitan maka insya Allah kita akan menganggap setiap kesulitan itu kecil karena kita punya Allah Yang Maha Besar, dan kita yakin di balik ujiannya yang besar atau kecil, ada lautan hikmah yang bisa dipetik bagi mereka yang mau merenungkannya.
1.
وَلَا تَهِنُوا۟ وَلَا تَحْزَنُوا۟ وَأَنتُمُ ٱلْأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS. Ali Imran: 139)
2.
أَحَسِبَ ٱلنَّاسُ أَن يُتْرَكُوٓا۟ أَن يَقُولُوٓا۟ ءَامَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ. وَلَقَدْ فَتَنَّا ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ صَدَقُوا۟ وَلَيَعْلَمَنَّ ٱلْكَٰذِبِينَ
“Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (QS. Al Ankabut: 2-3).
3.
فَإِن تَوَلَّوْا۟ فَقُلْ حَسْبِىَ ٱللَّهُ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ ۖ وَهُوَ رَبُّ ٱلْعَرْشِ ٱلْعَظِيمِ
“Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy yang agung.”
(QS. At Taubah: 129)
4.
يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ
“Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. (QS. Yusuf: 87)
5.
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”. (QS Al Baqoroh: 216). [Ln]