ChanelMuslim.com – Kata ‘seandainya’ sering muncul dari lisan kita saat kita benar-benar menyesali suatu perbuatan atau peristiwa yang kita alami. Pada ‘seandainya’ ini adalah pintu setan yang akan menjerumuskan kita pada kesengsaraan.
Ustadz Umar Hidayat, M.Ag, menuliskan dalam bukunya berkaitan dengan hal ini sebagai berikut:
Penyesalan selalu datang terlambat. Pasti. Kalau datang lebih awal, namanya pendahuluan. Siapa pun kita pernah mengalaminya. Nyesel. Menyesal. Getun.
Baca Juga: Seandainya Hijab Dunia Dibuka
‘Seandainya’ Itu Pintu Setan
Saat seseorang sedang mengalami rasa penyesalan, ia sering mengurai masa lalunya. Mendadak ingatannya jadi tajam. Bahkan sampai hal-hal yang kecil dan detail. Anehnya ia bisa cerita runtut bagai sejarawan.
Dan seperti reporter berita yang terus melakukan siaran ulang. Bahkan tidak sedikit agar enak dan semakin sedap masakannya ditambahi bumbu cerita.
Di sinilah mulai keenakan menggunakan kalimat “seandainya”. Makin lincah memainkan lisan kita. Hati kita. Pikiran kita. Akhirnya tingkah kita. Semua dimainkannya untuk mengobati rasa kecewa dan memutar ulang seperti orkestra yang dahsyat dan mengagumkan.
Sepintas lega hatinya. Merasa nikmat. Tetapi bertambah gusar jiwanya. Closingnya tetap saja membuat hidupnya tidak tenang.
Mulailah kembali memproduksi rasa penyesalan yang diperbaharui. Di rapikan disana sini. Diperindah. Dipercantik. Kembali “seandainya” jadi andalan. Seandainya dulu tidak begitu, sekarang pasti tidak begini.
Bumbu penyesalan muncul lagi. Akhir episode dari semua ini adalah depresi, stress dan gusaran jiwa yang tidak menenangkan hati. Bahkan ada yang bunuh diri, atau membunuh. Ngeri.
Na’udzubillahi min dzalik. Jangan deh. Jangan terjadi pada kita. Nikmat sesaat yang mengundang malapetaka.
“Seandainya” itu pintu setan. Bahkan pintu gerbang yang paling empuk untuk setan masuk ke dalam diri kita. Lalu dengan leluasa memainkan hati dan pikiran kita. Mengobrak abrik jiwa kita. Dan meluluhkan lantahkan seluruh sendi-sendi kehidupan kita.
Indikasinya orang yang terperangkap setan ini, merasa terhibur sejenak, nikmat sejenak, lega sejenak, tetapi gusar dan runyam hidupnya berkepanjangan.
Ingat, ketika kita sedang bicara, “Seandainya dulu tidak begitu, sekarang pasti tidak begini” itu namanya kita sok tahu. Kok tahu akan begini. Setan semakin getol memainkan hati kita dengan memutar kembali masa silamnya.
Benar kata baginda Nabi, Sesungguhnya, kalimat lauw (seandainya) membawa kepada perbuatan setan.”
Jadilah pribadi yang tangguh.
Agar setan tak berpengaruh
(Selanjutnya baca buku “Menjadi Pribadi Tangguh” karya Hidayat Abu Salma/ Umar Hidayat) [Ln]