PUASA bikin kamu cerdas. Enggak percaya? Uttiek M. Panji Astuti dalam tulisannya yang berjudul “Puasa Kian Cerdas” menggambarkan bagaimana puasa dapat menajamkan kemampuan berpikir.
Konon selama berada di Mesir, Napoleon sering menbatasi makan dan minum laiknya orang berpuasa. Ia mendapat inspirasi dari penduduk Mesir saat menunaikan ibadah puasa Ramadan.
Ia percaya ketika “berpuasa” intuisinya semakin tajam. Ia bisa membaca situasi dan mengambil keputusan tepat.
Tak hanya Napoleon, jauh sebelum itu filsuf Yunani kuno Phytagoras juga dikenal rutin “berpuasa”. Ia pernah “puasa” selama 40 hari karena yakin itu bisa membantu menajamkan daya pikirnya.
Ketajaman daya pikir, intuisi dan kecerdasan ternyata erat kaitannya dengan efek positif puasa.
Penelitian modern membuktikan, sistem pencernaan yang sehat akan membantu menentukan fungsi kerja otak.
Ada hubungan dua arah antara otak dengan sistem saraf yang mengatur pencernaan.
Hubungan ini dinamakan gut-brain connection, yang menghubungkan pusat kognitif dan emosional otak dengan fungsi dari sistem pencernaan, begitu pula sebaliknya.
Sinyal-sinyal dari sistem pencernaan akan dikirim ke otak jika terindikasi adanya gangguan. Sebaliknya, kinerja sistem pencernaan juga ikut terganggu apabila fungsi otak bermasalah.
Karenanya, menjaga kesehatan pencernaan sangat vital. Beruntunglah umat Muslim yang memiliki mekanisme tersebut secara gratis melalui puasa.
Puasa Bikin Cerdas
Saat berpuasa, metabolisme tubuh cenderung melambat, namun menjadi lebih efisien, insulin yang berguna untuk memasukkan gula yang dihasilkan dari makanan menjadi lebih sensitif.
Dalam ilmu kedokteran, ada yang disebut Autofagi (autophagy).
Yakni mekanisme pembersihan diri yang terjadi ketika tubuh tidak menerima asupan selama kurun waktu tertentu.
Pada saat itu sel-sel yang telah rusak akan terbuang dan terbentuk sel-sel baru yang lebih sehat
Puasa juga terbukti menurunkan tingkat stress oksidatif dan inflamasi yang akan mencederai sel dalam tubuh
sehingga secara tidak langsung turut mencegah terjadinya kanker, meningkatkan kerja sistem imun, serta mencegah terjadinya penuaan dini.
Baca Juga: 6 Tips Berpuasa untuk Ibu Hamil dan Menyusui
View this post on Instagram
Semakin diteliti, maka akan semakin nyata manfaat puasa. Sebagaimana telaah Ibn Sina dalam kitabnya “Qanun fi al-Tibb (Canon of Medicine)”.
Ia menuliskan bahwa puasa dapat menyembuhkan penyakit dengan gejala demam, asam lambung, epilepsi, hingga mempengaruhi perubahan sistem syaraf ke arah yang lebih positif.
Pendapat itu tak hanya diikuti para dokter Muslim, namun juga dokter asal Rusia yang hidup di abad ke-18 bernama Dr. Peterfinia Minov dari Universitas Moskow.
Ia mengobati pasiennya yang sakit dengan memangkas waktu makannya.
Hari ini, kita telah sampai di penghujung bulan Maret dan hampir sampai di penghujung sepuluh hari pertama Ramadan, sudahkah mulai terasa efek positif berpuasa? Jangan-jangan juga sudah semakin cerdas ya![ind]