ChanelMuslim.com – Program Membangun Ketahanan Keluarga di Masa Pandemi, oleh: Ustazah Dra. Indra Asih
Kita akan mencoba mengoptimalkan suasana yang hadir pada saat sekarang untuk membangun ketahanan keluarga.
Program-program yang kita kaitkan dengan penghuni rumah atau manusianya.
Pada intinya, setiap manusia memiliki tiga potensi, yaitu potensi akal, potensi ruh atau keimanan dan potensi fisik sehingga program yang kita rancang harus menumbuhkembangkan ketiga hal tersebut.
Baca Juga: Membangun Ketahanan Keluarga dengan Al-Qur’an
Program Membangun Ketahanan Keluarga di Masa Pandemi
Pertama, untuk potensi akal, kita bikin kegiatan-kegiatan yang sifatnya kajian, baik keilmuan yang sifatnya kauniyah atau sains, maupun keilmuan yang sifatnya qouliyah, seperti tafsir (Alquran), membahas kitab Riyadhush Shalihin. Bentuknya atau teknisnya, bisa bersama-sama ikut mendengarkan kajian online, atau misalnya kultum bergantian yang kemudian bisa dibahas bersama.
Kemudian yang kedua, program yang dikaitkan dengan potensi ruhiyah atau keimanan anggota keluarga di rumah kita.
Intinya, program tersebut, memprioritaskan untuk menghadirkan esensi keajaiban bagi seorang mukmin.
“Sungguh menakjubkan keadaan seorang mukmin. Seluruhnya urusannya itu baik. Ini tidaklah didapati kecuali pada seorang mukmin. Jika mendapatkan kesenangan, maka ia bersyukur. Itu baik baginya. Jika mendapatkan kesusahan, maka ia bersabar. Itu pun baik baginya.” (HR. Muslim)
Program ruhiyah, yang pertama adalah menghadirkan rasa syukur. Ketika ternyata Allah hadirkan di rumah kita, kondisi karunia.
Memang, semua kemungkinan dalam kondisi wabah sekarang terdampak dan terimbas baik secara ekonomi dan seterusnya. Tetapi, ketika kita merasakan bahwa dampaknya tidak terlalu besar dan masih banyak nikmat-nikmat yang bisa kita gunakan untuk berbagi kepada lingkungan sekitar, maka harus kita munculkan dan rancang program-program yang memunculkan kesyukuran.
Misalnya, kalau biasanya kita membeli makanan, dan itu kan lebih mahal ya, sekarang dengan kondisi berkumpul bersama, kita bisa memasak bersama. Siapa yang memotong sayurannya, siapa yang meraciknya, siapa yang mengolahnya. Tujuannya ketika itu dilakukan, maka budget masak sendiri lebih murah dibandingkan membeli masakan. Dengan budget belanja lebih murah, kemudian kita bisa berbagi, sebagai bentuk rasa syukur.
Untuk program memunculkan sabar, ketika kondisinya berat hadir di rumah kita, dibutuhkan kreativitas seorang ibu.
Ya… walaupun istilahnya sepahit-pahitnya hanya ada beras dengan garam saja, dengan 1 butir telur, kita bisa berkreasi mengolahnya menjadi nasi goreng, mengolahnya dengan penuh rasa syukur, karena masih ada yang bisa kita makan.
Kesabaran, kita munculkan di keluarga kita dengan kondisi sesulit apapun, tetap berusah menampilkan wajah cerah, ucapan “Alhamdulillah” berulang kita lantunkan.
Bisa juga programnya, ketika kegiatan kajian bersama, temanya, kita membahas kondisi orang lain yang jauh lebih berat dari keluarga kita. Ada yang harus dikarantina, ada dokter atau perawat yang kondisinya sulit, sehingga hampir tidak bisa beristirahat.
Atau ketika ada anak kita mengeluh, “Kenapa tidak bisa sholat tarawih di masjid”, kita ceritakan pada mereka, kondisi perjuangan para dokter dan perawat yang bahkan untuk shalat wajib saja wudhunya harus bertayamum.
Program memunculkan ruh bersyukur dan bersabar ini, harus dirancang dan harus dengan sengaja dihadirkan walaupun kesannya bisa dibuat seperti tidak sengaja, berupa obrolan santai. Dibutuhkan keterampilan seorang ibu untuk mengolahnya, lalu memancing pembicaraan tersebut dan mendiskusikannya, sehingga sabar dan syukur hadir di rumah kita.
Kemudian program yang yang dikaitkan potensi fisik. Kita harus menumbuhkembangkan pula fisik kita dan keluarga kita. Jangan kita jadikan Ramadan, bulan yang kita tidak melakukan aktivitas fisik.
Sejarah mencatat 4 perang besar, terjadi di bulan Ramadhan dan juga hadits menyebutkan bahwa:
“Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling dermawan, dan kedermawanannya semakin menjadi-jadi saat Ramadan apalagi ketika Jibril menemuinya. Dan, Jibril menemuinya setiap malam bulan Ramadhan dia bertadarus Alquran bersamanya. Maka, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam benar-benar sangat dermawan dengan kebaikan laksana angin yang berhembus.” (H.R. Bukhari )
Rasulullah shalallahu alaihi wassalam itu bertadarrus dan bertalaqqi dengan malaikat Jibril, itu dilakukan di malam hari, tapi di siang hari kedermawanan terhadap kebaikan makin kuat seperti angin yang bertiup.
Jadi bangun suasana bulan Ramadan di rumah kita itu menjadi bulan yang dinamis. Walaupun kita terkendala dengan wabah Covid-19, usahakan tetap bugar, tetap berjemur di luar bersama, kemudian berbagi tugas. Misalnya yang mengirimkan sedekah kita, sedekah makanan atau apa saja, ke siapa yang akan kita tuju. Bergantian atau masak bersama, olahraga ringan bersama, tetap kita hadirkan dan munculkan di rumah kita.
Begitu juga komponen rumah, kita rancang, kita program sesuai dengan komponen yang ketiga yaitu menumbuhkembangkan potensi-potensi kita sebagai manusia, yaitu potensi akal potensi hati dan potensi fisik.
Mudah-mudahan ini menjadi inspirasi buat kita semua untuk tetap semangat di bulan Ramadhan dalam kondisi ujian yang Allah hadirkan pada kita.
Wallahu a’lam bish showab.[ind]