ChanelMuslim.com – Suasana Ramadan di Riyadh, Ibukota Kerajaan Arab Saudi
Bagaimana rasanya menjalani ibadah Ramadan di ibukota kerajaan Arab Saudi, Riyadh?
“Ramadan di sini sepi, mal dan pusat perbelanjaan ditutup. Jadi selama Ramadan, di Riyadh sudah terbiasa lockdown,” ujar Khoiriyati Kusumaningtyas, S.Si., WNI yang sudah menetap di Riyadh sejak 2013.
Warga asli Riyadh rupanya terbiasa berkumpul bersama keluarga di saat buka puasa sehingga saat pandemi COVID-19 datang, warga tidak terlalu kaget dengan karantina wilayah maupun mandiri.
Baca Juga: Cara Menjaga Spirit Ramadan
Suasana Ramadan di Riyadh, Ibukota Kerajaan Arab Saudi
“Sebelum wabah covid, kami sekeluarga suka ngabuburit di taman. Lega, senang lihat yang hijau-hijau. Pada saat Ramadan, masyarakat sini budayanya berbuka di rumah bersama keluarga besar atau di istiroha-istiroha. Istiroha adalah tempat khusus untuk khalayak berkumpul. Jadi bagi saya pribadi, pandemi dan tidak, rasanya sama, minus ngabuburit di taman,” kata Khoiriyati yang akrab disapa Tyas di sela Kulwap Jelajah Ramadan di 5 Negara yang diselenggarakan oleh ChanelMuslim.com, Jumat (8/5).
Begitu pula saat itikaf. Itikaf di ibukota Arab Saudi ini berbeda dengan di Mekkah dan Madinah, juga Indonesia.
“Wanita tidak bisa beritikaf, masjid juga ditutup setelah tarawih. Masjid dibuka kembali 2 jam sebelum sholat subuh.
Di Masjidil Harom dan Masjid Nabawi berbeda lagi, terbuka 24 jam. Saya juga tidak bebas sholat tarawih di masjid di sini. Jika punya bayi/balita, lebih baik sholat di rumah,” tambah alumnus Institut Teknologi Surabaya itu.
Suasana Idul Fitri yang penuh dengan keramaian, saling berkunjung dan bersilaturahim juga tidak dirasakan oleh Tyas dan keluarga.
“Tidak ada acara berkunjung ke tetangga.
Berbeda dengan WNI yang tinggal di daerah yang banyak komunitas Indonesia-nya. Kalau di Riyadh, ada di daerah Umm al Hammam. Di sana banyak orang Indonesia. Ada sekolah Indonesia Riyadh juga. Kesempatan anjang sana sini terbuka.
Saya kebetulan tinggal di daerah yang jauh dari komunitas Indonesia,” kata Tyas.
Tradisi Idul Fitri di Riyadh antara lain berbagi cokelat dan juga mendandani anak perempuan dengan pakaian-pakaian ala princess.
“Karena ketika baligh, mau tidak mau mereka memakai abaya dan niqab, masyarakat sini cukup fashionable saat mendandani anak-anaknya sebelum baligh.
Saat Idul Fitri, anak-anak pakai aju ala princess, dan sebar coklat. Begitu kebiasaan orang sini,” tambah Tyas.
Meskipun al haramain sudah dibuka untuk sholat bagi kalangan terbatas, hal itu tidak berlaku di Riyadh.
“Pada kenyataannya, kami belum selesai lockdown. Jadi kabar tersebut tidak benar. Memang ada perpanjangan jam keluar rumah di saat Ramadan ini, tapi karantina tetap jalan. Jam keluar rumah yang diperbolehkan: jam 10 am – 5 pm dengan banyak syarat dan ketentuan, di antaranya 1 mobil maksimal 2 orang dewasa,” jelasnya.
Chanelmuslim.com menggelar Kuliah WhatsApp (Kulwap) bertema Jelajah Ramadan di 5 Negara yang dimulai pada Rabu (6/5) hingga Ahad (10/5). Kulwap berdurasi 1 jam tiap sesinya tersebut menghadirkan 5 narasumber dari mancanegara, yakni: Auckland, New Zealand; Tokyo, Jepang; Riyadh, Arab Saudi; Berlin, Jerman; dan Lahore, Pakistan.[ind]