HIRUK pikuk dunia tak jarang melalaikan manusia. Kadang hal sepele yang kita lakukan lupa bahwa ada peran perpanjangan niat yang penting di dalamnya. Padahal sebagai seorang muslim sudah sepatutnya memahami bahwa apa yang kita kerjakan semua bergantung kepada niat awal.
Bahkan dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya amal itu bergantung pada niatnya dan setiap orang akan mendapatkan balasan sesuai dengan apa yang diniatkannya,” (HR Bukhari dan Muslim).
Terkadang sangking sibuknya dengan apa yang dikerjakan sampai kita terlupa bahwa apa-apa yang ada di dunia ini merupakan titipan Allah SWT.
Sebuah titipan pastinya akan dikembalikan lagi dan akan dipertanggungjawabkan setelahnya. Dari mata, kaki, tangan, handphone, rumah yang kita miliki dan semua yang ada di dunia yang kita pakai selama ini.
Baca juga: Cara Mengajak Suami yang Tidak Mau Sholat
Perpanjangan Niat dalam Kehidupan Sehari-hari
Kita beri saja contoh dalam kehidupan sehari. Seorang mahasiswa hendak pergi kuliah. Dimulai dari bangun tidur membaca doa niatkan diri berlindung kepada Allah dan berterimakasih karena sudah diberikan kembali kehidupan.
Setelahnya minum yang tidak hanya sekadar meneguk air putih hangat namun juga niatkan untuk menjaga titipan yang telah Allah berikan yaitu untuk menyehatkan badan.
Setelah kegiatan awal itu dia menyegerakan diri untuk sholat karena memang dia merasa butuh bukan hanya sebagai kewajiban yang harus dilakukan sebagai seorang hamba.
Selesai sholat merapikan tempat tidur dan membersihkan diri dengan mandi untuk menjaga diri dari kotoran ataupun keringat yang sempat hinggap di badan.
Jika hal itu dilakukan bisa jadi akan menyebabkan sakit karena kebersihan diri dan lingkungan yang tidak dijaga. Padahal badan ini adalah titipan yang Allah berikan untuk dijaga.
Lanjut bersiap menuju ke kampus. Niatkan untuk menimba ilmu yang setelahnya akan digunakan untuk kebermanfaatan umat tidak hanya untuk diri sendiri.
Niatkan untuk mempersembahkan jiwa dan raga semaksimal mungkin yang dapat dilakukan untuk kepentingan lingkungan sekitar dan bangsa.
Seperti yang dikatakan ulama besar, Buya Hamka: Kalau manusia hidup cuma sekadar hidup, babi pun bisa melakukannya.
Artinya kalau hidup cuma untuk makan dan tidur binatang pun bisa melakukannya. Sebagai manusia tentu mesti punya nilai lebih. Hidup bukan untuk makan dan tidur.
Tapi makan dan tidur untuk hidup, agar dapat menjadi bernilai hidupnya bagi sesama.
Sebagai manusia, kalau bekerja sekadar bekerja. Apa bedanya dengan kera? Kera juga bisa bekerja dengan keahliannya. Kera bisa bekerja untuk manusia dengan memetik kelapa.
Mungkin pernyataan ini sedikit menohok. Tapi inilah yang harus kita sadari sebagai manusia dan juga hamba-Nya bagaimana caranya agar setiap detik nafas dan pekerjaan yang dilakukan mendapat keridhoan Allah Subhanahu wa taala.[Sdz]