BEBERAPA tahun lalu setiap pagi masih terdengar kicauan burung Kutilang liar. Sekarang sudah tidak seramai dulu karena banyak pohon yang sudah berganti rumah pemukiman.
Tetapi dihalaman rumah masih ada beberapa batang pohon alpukat, belimbing, jambu air, Jamaika dan jambu klutuk sengaja biar tupai dan burung bisa singgah dan kami kebagian pahalanya.
Bukan hanya kebagian sampah daunnya saja.
Menanam pohon adalah perbuatan yang dapat mendatangkan pahala sedekah, karena apapun yang dapat diambil manfaat nya baik buahnya, nektar bunganya, keteduhan bahkan oksigen dari tanaman tersebut akan menjadi pahala bagi penanamnya atau pemiliknya.
Dari sahabat Anas ra, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Tiada seorang muslim yang menanam pohon atau menebar bibit tanaman, lalu (hasilnya) dimakan oleh burung atau manusia, melainkan ia akan bernilai sedekah bagi penanamnya,’” (HR Bukhari, Muslim, dan At-Tirmidzi).
Dari Anas bin Malik, di mana Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
“Jika Kiamat tiba sementara di tangan salah seorang dari kalian ada bibit kurma kecil (bibit tanaman), maka jika ia mampu untuk menanamnya sebelum Kiamat terjadi, hendaklah ia menanamnya.” (HR. Ahmad, Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrad).
Hadits ini merupakan anjuran nabi agar umatnya terus beramal positif sampai akhir masa serta anjuran untuk menjaga kelestarian lingkungan dan pangan.
Sebaliknya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang siapa pun untuk mematahkan tangkai atau menebang pohon, apalagi melakukan penggundulan hutan, meskipun dalam kondisi perang.
Karena menebang pohon tanpa mengikuti prosedur yang benar akan mengancam kesinambungan ekosistem.
Beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Berperanglah kalian dengan nama Allah dan di jalan Allah, perangilah orang-orang yang kufur kepada Allah dan janganlah kalian berkhianat. Dan janganlah kalian menebang pohon kurma dan pohon-pohon lainnya, dan janganlah kalian merobohkan bangunan!” (HR. Ahmad no. 18.097, dinilai sahih oleh Syekh Syu’aib Al-Arnauth)
Musibah, Kerusakan, dan Keserakahan
Pesan kenabian ini pun diikuti Khalifah Abu Bakar saat beliau mengingatkan bala tentaranya yang akan berjihad ke Syam, sebagai mana dikemukakan oleh Imam Malik bin Anas dalam kitab al-Muwaththa’ sebagai berikut:
“Saya berwasiat kepada kalian (bala tentara yang hendak berperang) sepuluh macam: (1) Janganlah membunuh perempuan. (2) Janganlah membunuh anak-anak. (3) Janganlah membunuh orang-orang yang sudah tua. (4) Janganlah memotong pohon yang sedang berbuah. (5) Janganlah meruntuhkan bangunan. (6) Janganlah memotong domba. (7) Janganlah memotong unta, kecuali bila domba dan unta itu untuk dimakan. (8) Janganlah membakar pohon kurma dan jangan pula menenggelamkannya (memusnahkannya). (9) Janganlah berlaku khianat dan (10) janganlah menakut-nakuti (rakyat).”
Bila ada orang yang merusak hutan, merusak laut dan lingkungan lainnya sesungguhnya itu bukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi untuk memenuhi gaya hidupnya.
Termasuk gaya hidup adalah hobi pamer, foya foya, menumpuk harta dan serakah. Sebab kalau hanya kebutuhan hidup Allah sudah menjamin. Firman Nya:
“Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Hud: 6).
Tetapi karena manusia bersifat serakah dan suka pamer maka nafsu mendorongnya untuk menjadi kapitalistik, menguasai segalanya.
Baca juga: Rasulullah Sangat Marah Jika Hukum Allah Dilanggar, tetapi Sabar apabila Dirinya yang Disakiti
Sabdanya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Seandainya anak Adam memiliki dua lembah yang penuh harta, ia pasti menginginkan lembah yang ketiga. Tidak ada yang dapat memenuhi perutnya kecuali debu kubur, namun Allah memberi ampun kepada orang-orang yang bertaubat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Gaya hidup yang serakah dan tidak pernah merasa cukup inilah yang menjadikan manusia merusak alam tempat hidupnya. Firman Nya:
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Ar Rum: 41)
Untuk itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengingatkan bahwa:
“Kekayaan (yang hakiki) bukanlah dengan banyaknya harta. Namun kekayaan (yang hakiki) adalah hati yang selalu merasa cukup.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Semoga kita mampu bermuhasabah (introspeksi) atas berbagai kerusakan dan musibah akibat kerusakan alam akibat keserakahan manusia.[Sdz]
Sumber: Madrasatuna





