ChanelMuslim.com – Militansi versus kerapuhan. Israel pada akhirnya meminta gencatan senjata dengan Hamas, melalui berbagai mediatornya, Amerika dan negara-negara Arab khususnya Mesir.
Oleh: Ustaz Aunur Rafiq Saleh
لَا يُقَا تِلُوْنَكُمْ جَمِيْعًا اِلَّا فِيْ قُرً ى مُّحَصَّنَةٍ اَوْ مِنْ وَّرَآءِ جُدُرٍ ۗ بَأْسُهُمْ بَيْنَهُمْ شَدِيْدٌ ۗ تَحْسَبُهُمْ جَمِيْعًا وَّقُلُوْبُهُمْ شَتّٰى ۗ ذٰلِكَ بِاَ نَّهُمْ قَوْمٌ لَّا يَعْقِلُوْنَ
“Mereka tidak akan memerangi kamu (secara) bersama-sama, kecuali di negeri-negeri yang berbenteng atau di balik tembok.
Permusuhan antara sesama mereka sangat hebat. Kamu kira mereka itu bersatu padahal hati mereka terpecah belah. Yang demikian itu karena mereka orang-orang yang tidak mengerti.” (QS. Al-Hasyr 59: Ayat 14)
Ini artinya Israel tidak memiliki kesiapan, terutama kesiapan mental untuk melanjutkan perang.
Dari sisi persenjataan dan dukungan internasional, Israel mendapat dukungan dari Amerika dan mayoritas negara-negara eropa.
Ketidaksiapan mental Israel untuk berperang lebih lama lagi terutama di kalangan masyarakat Yahudi yang mengalami langsung serangan roket-roket Hamas.
Baca Juga: Membentuk Muslim Ideal dengan Tarbiyah
Militansi versus Kerapuhan
Dalam berperang, orang-orang Yahudi siap menyerang tetapi tidak siap mendapat serangan. Bila mendapat serangan, mental mereka langsung runtuh. Mental ini diungkapkan ayat al-Quran di atas.
Negara Israel berani memulai perang dengan Hamas karena merasa aman memiliki Iron Dome dan tembok raksasa yang membentengi mereka dari serangan-serangan Hamas dan para pejuang Palestina lainnya.
Karena Iron Dome tidak mampu menahan serangan gencar roket-roket Hamas dan Jihad Islami maka roket-roket itu pun jatuh menghantam dan menghancurkan
bukan saja bangunan dan rumah-rumah mereka tetapi juga menghancurkan dan meruntuhkan mental mereka.
Ayat al-Quran lainnya menjelaskan kenapa mental masyarakat Yahudi mudah runtuh bila mendapat serangan? Karena mereka hidup untuk menikmati dunia bahkan paling rakus terhadap kehidupan dunia. Firman Allah:
وَلَتَجِدَنَّهُمْ اَحْرَصَ النَّا سِ عَلٰى حَيٰوةٍ ۛ وَ مِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْا ۛ يَوَدُّ اَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ اَ لْفَ سَنَةٍ ۚ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهٖ مِنَ الْعَذَا بِ اَنْ يُّعَمَّرَ ۗ وَا للّٰهُ بَصِيْرٌ بِۢمَا يَعْمَلُوْنَ
“Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi), manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) dari orang-orang musyrik.
Masing-masing dari mereka ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 96)
Prinsip materialisme radikal inilah yang membuat mental bangsa yang pernah dikutuk Allah menjadi kera itu sangat rapuh.
Baca Juga: Gencatan Senjata Antara Israel dengan Pejuang Palestina Dirayakan Warga Gaza
Hidup Mulia atau Mati Syahid
Berbeda dengan rakyat Palestina yang secara umum beriman kepada Allah dan meyakini bahwa gugur dalam perang ini merupakan kemuliaan mendapat mati syahid sebagaimana yang diajarkan Islam.
Dengan keimanan dan harapan kepada Allah ini rakyat Palestina dengan gagah berani melawan kaum penjajah zionis itu sekalipun hanya bersenjata batu.
Tetapi mental mereka yang sangat tangguh menjadi “senjata” tersendiri hingga mampu meruntuhkan mental penjajah yang pengecut itu.
Setelah gencatan senjata ini, bila tidak dikhianati Yahudi, Israel akan berusaha memperbaiki sistem pertahanan udaranya, Iron Dome.
Bila merasa sempurna dan tidak bisa ditembus oleh serangan Hamas dan Jihad Islam, maka kaum zionis itu akan memulai lagi serangan-serangan terhadap rakyat Palestina.
Karena bangsa Yahudi dikenal sebagai bangsa yang tidak pernah bisa komit dengan perjanjian.
Tetapi Hamas dan rakyat Palestina sudah sangat mengenal karakter Yahudi sehingga mereka juga tidak perlu diajari agar senantiasa waspada menghadapi berbagai pengkhianatan Yahudi.[ind]