ChanelMuslim.com – Kisah Aurangzeb, sultan India yang memajukan peradaban Islam berlanjut dengan tumbuhnya beliau menjadi anak yang sama sekali berbeda dengan ayahnya.
Syaikh Muhammad Mashum mengajarkan bahasa Arab, Persia, Turki, membimbing ilmu khat, sejarah, ilmu peperangan dan manajemen kenegaraan.
Baca Juga: Mengenal Aurangzeb Alamgir, Sultan India yang Memajukan Peradaban Islam (1)
Hal yang Dilakukan Sultan India dalam Memajukan Peradaban Islam
Aurangzeb menjadi harapan masyarakat India ketika ayahnya sudah seperti lelaki gila yang setiap hari meratapi istrinya.
Di usia 42 tahun, Aurangzeb Alamgir menggantikan ayahnya sebagai sultan besar Mughal. Ayahnya dipenjara karena telah merugikan bangsa dan berbuat zalim pada rakyat kecil.
Langkah pertama Aurangzeb adalah mengembalikan masyarakat muslim pada akidah yang benar dan murni.
Dia hidupkan lagi jihad melawan Portugis dan musuh-musuh yang merongrong di batas wilayah Mughal. Selama hidupnya, 30 pertempuran besar terjadi dan 11-nya dipimpin langsung olehnya melawan agresi militer Portugis.
Dakwah Islam negeri Mughal meluas dan jika dikonversi hari ini maka wilayahnya mencakup bagian dari 8 negara; India, Pakistan, Bangladesh, Afghanistan, Iran, Nepal, Bhutan dan Myanmar.
Kesibukannya memerhatikan rakyat dan menghapus pajak, menyambut panggilan jihad, membuatnya tidak sempat berhaji ke Baitullah.
Namun, beliau memiliki amalan khusus yang sangat istimewa; ia menulis Al Qur’an dengan khat tangannya sendiri dari awal sampai akhir. Sejarah India mengenangnya sebagai seorang kaligrafer yang ulung.
Baca Juga: Pria Muslim di India Ditangkap karena Mengimbau di Sosmed untuk Kibarkan Bendera Palestina
Sebagian Besar Harta Warisannya Diminta Diinfakkan
Di akhir hidupnya, Sultan Aurangzeb Alamgir mewariskan hartanya bagi anak-anaknya, tetapi ia berpesan agar sebagian besarnya diinfakkan untuk kaum dhuafa dan anak-anak yatim.
Ia juga mewasiatkan pada keluarganya untuk mengkafaninya dengan kain sederhana yang bisa dibeli di pasar rakyat, juga berpesan agar dimakamkan tanpa harus dibangun monumen yang berlebihan.
Syaikh Ali Ath Thantawi menyifati Sultan Aurangzeb Alamgir dengan kalimat sederhana tapi mengena, “beliau adalah sisa-sisa Khulafaur Rasyidin”.
Semoga banyak inspirasi yang bisa kita ambil dari tokoh ini. Aamiinn. [Cms]