JANGAN anggap sepele angka kelahiran bayi. Jika kelahiran minim, pengaruhnya sangat besar buat negara. Mulai dari keuangan, ekonomi, sosial, bahkan pertahanan.
Negara-negara maju kini menyadari pentingnya kelahiran bayi. Hal ini karena angka kelahiran sangat menentukan seperti apa keadaan negara di masa depan.
Kesadaran yang Telat
Sayangnya, kesadaran itu sudah sangat terlambat. Karena saat ini rakyat di negara-negara maju justru tidak tertarik untuk melahirkan. Jangankan melahirkan, berkeluarga atau bersuami istri saja sudah enggan.
Di Finlandia misalnya. Negara yang dinobatkan PBB sebagai yang penduduknya paling bahagia di dunia ini angka kelahirannya sangat minim. Tidak sampai 60 ribu per tahun.
Saat ini, total penduduk Finlandia sekitar 5,5 juta orang. Sangat tidak imbang dengan luas wilayahnya yang mencapai tiga kali luas pulau Jawa.
Pasalnya, dari tahun ke tahun, angka kelahiran terus menurun. Bukan tidak mungkin, suatu saat, Finlandia akan mengalami krisis penduduk di masa depan.
Keprihatinan tentang minimnya kelahiran bayi juga dialami hampir semua negara Eropa. Seperti di Estonia, Prancis, Belgia, Belanda, Inggris, dan lainnya.
Di Asia juga mengalami hal yang sama. Tiga negara maju di Asia ini mengalami kegelisahan tentang minimnya angka kelahiran bayi. Yaitu, Jepang, Singapura, dan Hongkong.
Bagaimana dengan Indonesia? Wow, syukurnya kelahiran di Indonesia tetap tinggi. Sekitar 4,5 juta per tahun. Atau hampir sama dengan total penduduk Finlandia.
Bonus untuk Bayi Lahir
Sebegitu khawatirnya negara-negara Eropa dan Asia yang sudah maju tentang minimnya angka kelahiran, mereka menawarkan bonus untuk bayi lahir.
Di Finlandia, setiap bayi lahir akan dapat bonus sebesar 10 ribu euro. Kalau dirupiahkan sekitar 152 juta rupiah.
Bukan hanya kelahirannya saja, tiap bulan sang bayi akan dapat “gaji” sekitar 6 juta rupiah. Itu untuk bayi pertama, untuk yang kedua dan seterusnya “gaji”nya akan lebih besar lagi.
Kebijakan Finlandia ini juga dilakukan di negara-negara Eropa lainnya. Seperti, Estonia, Swiss, Prancis, dan lainnya.
Di Prancis bukan sekadar bonus dan “gaji” bulanan untuk sang bayi. Ibu yang melahirkan pun akan mendapatkan cuti kerja selama hampir satu tahun dengan gaji yang dibayar sebesar 70 persen.
Bukan itu saja, Prancis dan negara-negara Eropa lainnya juga memberikan berbagai asuransi untuk keluarga yang “produktif” dengan kelahiran bayi. Antara lain asuransi kesehatan dan pendidikan.
Swiss bahkan menawarkan bonus ratusan juta rupiah untuk warga negara lain yang mau tinggal sementara atau permanen di negaranya untuk melahirkan bayi. Dengan catatan, bayi yang lahir nantinya akan menjadi warga negara Swiss.
Di Singapura, pernah ditawarkan bonus untuk setiap kelahiran bayi. Jumlahnya juga lumayan. Yaitu sebesar 30 juta rupiah. Itu belum termasuk biaya bulanan dan berbagai asuransi.
Sayangnya, meski ada bonus dan fasilitas tunjangan hidup yang besar, para warga di negara-negara maju itu tetap saja tidak tertarik untuk melahirkan. Kalau pun ada yang mau, kelahirannya rata-rata hanya satu untuk selamanya.
Jadi, jangan anggap sepele kelahiran bayi. Karena hal itu akan menentukan nasib keadaan negara di masa depan.
Dan tentu saja, harus ada apresiasi yang luar biasa untuk para ibu. Karena meski tidak mendapatkan bonus, mereka tetap ikhlas untuk melahirkan generasi baru. [Mh]