HIDUP ini seperti ruang yang bernama menunggu. Hampir semua alur hidup itu selalu menunggu. Yaitu menunggu sesuatu yang pasti dan tidak pasti.
Ketika manusia mulai bisa berpikir dan mengenal lingkungan, segala kesibukannya hampir disebut menunggu. Menunggu ingin sekolah, menunggu meraih cita-cita, menunggu kenaikan kelas dan kelulusan, menunggu diterima kerja; dan akhirnya menunggu jodoh.
Setelah dapat jodoh, kegiatan berikutnya lagi-lagi menunggu. Menunggu kelahiran bayi, menunggu si bayi menjadi remaja dan dewasa, menunggu datangnya masa tua, dan seterusnya.
Persoalannya kadang bukan apa yang ditunggu. Bukan pula berapa waktu yang harus disediakan untuk durasi menunggu. Tapi, apakah yang ditunggu itu seperti yang dibayangkan atau lain sama sekali.
Dengan kata lain, ada hal yang tidak pasti dari kegiatan menunggu. Tidak pasti dalam waktu yang dibutuhkan, dan tidak pasti tentang kesesuaian antara yang diharapkan dengan kenyataan nanti.
Bagaimana mungkin bisa pasti karena hidup ini memang seperti berada di dua alam: pasti atau nyata, dan tidak pasti atau ghaib.
Buat seorang mukmin, kita percaya dengan takdir. Itulah ketentuan Allah subhanahu wata’ala yang tidak dikabarkan kepada kita, meskipun ketentuan itu tentang diri kita sendiri.
Siapa di antara kita yang sudah tahu di mana akan lahir dan menetap di bumi ini. Siapa yang tahu seperti apa sekolah, pekerjaan, dan jodoh kita nanti. Dan siapa yang tahu berapa lama usia hidupnya.
Tak seorang pun tahu. Hanya Allah subhanahu wata’ala yang tahu. Semua yang ditunggu-tunggu itu bahkan sudah ditentukan hasilnya puluhan ribu tahun sebelum alam raya ini diciptakan.
Dalam hadis yang diriwayatkan Imam Muslim, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan bahwa Allah telah menulis takdir semua makhluk lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.
Apakah kabar dari baginda Nabi ini menggiring kita menjadi pasrah dan hilang energi? Bukan ke situ arahnya. Tapi menuntun kita agar selalu berdoa di setiap ikhtiar hidup ini.
Silahkan kita membayangkan seperti apa wujud yang ditunggu-tunggu itu nanti. Silahkan pula kita mengira-ngira berapa lama masa menunggu itu. Dan silahkan pula kita berupaya penuh agar yang ditunggu itu sesuai dengan yang dibayangkan.
Namun, mintalah kepada Yang telah menentukan hasil itu. Tentu, bersamaan dengan ikhtiar maksimal. Karena ikhtiar merupakan perintah Allah yang memiliki nilai tersendiri.
Berdoalah agar apa yang ditunggu itu bernilai baik, meskipun kenyataannya tidak sesuai dengan yang dibayangkan. Karena apa yang dibayangkan belum tentu baik. Dan yang terbaik adalah apa yang akan Allah berikan sebagai jawaban dari doa kita.
Jadi, silahkan nikmati kegiatan menunggu. Bersyukurlah dengan apa yang telah Allah berikan. Dan, bersabarlah dengan hasil yang tidak kita harapkan. [Mh]