Diperlukan kesungguhan untuk melakukan ketaatan. Oleh sebab itu, jangan sampai kita main-main atau setengah hati. Apabila kita tidak bersungguh-sungguh, maka hal tersebut akan nampak ketika kita melakukan ibadah, kita melakukannya dengan berat hati.
Baca Juga: Berkah Ketaatan
Diperlukan Kesungguhan untuk Melakukan Ketaatan
Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata,
مما يجاهد الإنسان نفسه عليه فعل الطاعات الشاقة مثل الصوم، فإن الصوم من أشق الطاعات على النفوس لأن فيه ترك المألوف من طعام وشراب ونكاح فتجده يكون شاقا على الناس إلا من يسره الله عليه وخفف عنه تجد بعض الناس مثلا إذا دخل رمضان كأنما وضع على ظهره جبل والعياذ بالله لأنه يستثقل الصوم ويرى أنه شاق حتى إن بعضهم يجعل حظ يومه النوم وحظ ليله السهر في أمر لا خير له فيه كل ذلك من أجل مشقة هذه العبادة عليه.
“Termasuk perkara yang diperlukan bagi seseorang dalam melatih kesungguhan dirinya adalah melakukan ketaatan yang dirasa berat seperti puasa.
Sesungguhnya puasa termasuk ketaatan yang paling berat bagi setiap jiwa karena dia mesti meninggalkan sesuatu yang diinginkannya seperti makan, minum, dan jimak.
Oleh karena itu, engkau dapati puasa tersebut berat bagi manusia, kecuali yang dimudahkan oleh Allah.
Engkau dapati sebagian manusia apabila masuk bulan Ramadan, seakan-akan gunung diletakkan di atas punggungnya, wal-‘iyadzubillah, karena berat baginya berpuasa, sehingga sebagian mereka menjadikan waktu siangnya untuk tidur dan malamnya untuk begadang pada perkara yang tidak ada kebaikannya.
Semua itu karena ibadah ini berat baginya.”
[Cms]
Sumber:
Syarh Riyadh al-Shalihin, Jilid 1, hlm. 290–291.
Alih Bahasa:
Abu Fudhail Abdurrahman Ibnu Umar
https://t.me/alfudhail