KEBAIKAN tanpa batas. Penyebutan ليلة القدر untuk ketiga kalinya secara berturut-turut di dalam ayat ini menegaskan kemuliaan dan kedudukannya yang sangat agung.
Oleh: Ustaz Aunur Rafiq Saleh
لَيْلَةُ الْقَدْرِ ۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍ
“Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.” (QS. Al-Qadr: 3)
Tidak sepatutnya, malam Lailatul Qadar dibiarkan berlalu begitu saja tanpa dilakukan mujahadah atau usaha keras untuk mendapatkannya.
Baca Juga: Perlombaan dalam Kebaikan Para Sahabat Nabi
Kebaikan Tanpa Batas pada Malam Lailatul Qadar
Kata خير “Lebih baik”. Allah tidak menjelaskan berapa kali lipatnya, agar limpahan kebaikan-Nya tetap terbuka hingga pikiran tidak menemukan batas besarnya pahala yang diberikan.
Akan tetapi, merupakan samudera pahala yang tidak bertepi.
Pemberian pahala ibadah selain puasa ramadan mengikuti standar pemberian pahala yang telah ditetapkan. Yaitu dilipatgandakan 10 kali lipatnya hingga 700 kali lipat.
Sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
“Setiap amal anak Adam dilipatgandakan pahalanya. Satu kebaikan diberi pahala sepuluh hingga tujuh ratus kali.
Allah ‘azza wajalla berfirman; ‘Kecuali puasa, karena puasa itu adalah bagi-Ku dan Akulah yang akan memberinya pahala.
Sebab, ia telah meninggalkan nafsu syahwat dan nafsu makannya karena-Ku.’ Dan bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan.
Kebahagiaan ketika ia berbuka, dan kebahagiaan ketika ia bertemu dengan Rabb-Nya. Sesungguhnya bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah daripada wanginya kesturi”. (Shahih Muslim 1945)
Baca Juga: Jangan Remehkan Kebaikan
Kata Seribu Merujuk pada Kebaikan Tanpa Batas
Kata “seribu” digunakan untuk menunjukkan arti sangat banyak, seperti dalam firman Allah:
وَلَتَجِدَنَّهُمْ اَحْرَصَ النَّا سِ عَلٰى حَيٰوةٍ ۛ وَ مِنَ الَّذِيْنَ اَشْرَكُوْا ۛ يَوَدُّ اَحَدُهُمْ لَوْ يُعَمَّرُ اَ لْفَ سَنَةٍ ۚ وَمَا هُوَ بِمُزَحْزِحِهٖ مِنَ الْعَذَا بِ اَنْ يُّعَمَّرَ ۗ وَا للّٰهُ بَصِيْرٌ بِۢمَا يَعْمَلُوْنَ
“Dan sungguh, engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi), manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) dari orang-orang musyrik.
Masing-masing dari mereka ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab.
Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 96)
Ungkapan ayat “lebih baik dari seribu bulan” menunjukkan arti sangat banyak tanpa batas, hanya Allah yang mengetahui batasnya.
Ini sesuai pemberian pahala puasa di bulan ramadan yang diberikan oleh Allah langsung, tidak melalui catatan standar malaikat.
Karunia besar lailatul qadar ini diberikan Allah kepada orang-orang beriman dari kalangan umat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam
agar mereka memiliki tingkat kebaikan yang sangat tinggi hingga memiliki kelayakan untuk mendapatkan surga Allah, karena surga itu sangat mahal harganya.
Baca Juga: Mendampingi Anak-anak dalam Melakukan Kebaikan
Karunia Besar
Sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam:
أَلَا إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ غَالِيَةٌ أَلَا إِنَّ سِلْعَةَ اللَّهِ الْجَنَّةُ
“…ketahuilah sesungguhnya barang dagangan Allah itu sangat mahal, ketahuilah sesungguhnya barang dagangan Allah itu adalah surga.” (Sunan Tirmidzi 2374)
Sungguh sangat besar rahmat, karunia dan nikmat yang Engkau berikan kepada umat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam. Segala puji hanya milik-Mu ya Allah.
Bisa jadi karunia besar ini hanya diberikan Allah kepada umat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, karena tidak ada penjelasan
bahwa umat lain selain umat Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga mendapatkannya.
Dalam sebuah hadis dha’if (lemah) riwayat Imam al-Baihaqi, disebutkan bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam diperlihatkan umur manusia di masa-masa sebelumnya
lalu seolah Nabi shallallahu alaihi wa sallam merasa umur umatnya sangat pendek sehingga tidak bisa mencapai amal yang bisa dicapai umat-umat lain,
kemudian Allah memberinya lailatul qadar lebih baik dari seribu bulan. (Syu’ab al-Iman 3387)
Riwayat lain yang juga dha’if (lemah) menyebutkan dari Mujahid bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan kisah seorang lelaki dari Bani Israel
yang menyandang senjata di jalan Allah selama seribu bulan hingga kisah ini membuat kaum Muslimin kagum.
Kemudian Allah menurunkan “Inna anzalnahu fi lailatil qadr…”. Yakni lebih baik dari lelaki yang menyandang senjata tersebut. (Asbab an-Nuzul, al-Wahidi 461).[ind]