JAGALAH lisanmu agar tidak celaka. Imam Syafi’i berkata: Jagalah lisanmu wahai manusia. Janganlah lisanmu sampai menyengat-mu, sesungguhnya dia seperti ular.
Betapa banyak penghuni kubur yang terbunuh oleh lisannya. Padahal dulu orang-orang yang pemberani takut bertemu dengannya
Baca Juga: Jagalah Lisan agar Tidak Menjadi Orang yang Bangkrut
Jagalah Lisanmu agar Tidak Celaka
Banyak orang yang tergelincir karena lisannya. Beberapa berseteru lalu kemudian tidak bertegur sapa. Betapa mudahnya lisan menggelincirkan orang ke lubang ghibah yang diibaratkan memakan daging saudaranya sendiri.
Bukankah perbuatan yang menjijikan memakan daging saudaranya sendiri. Allah berfirman, “Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain.
Apakah salah seorang di antara kamu suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik dengannya.” (QS. Al-Hujurat: 12)
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun telah menerangkan makna ghibah atau menggunjing ini. Beliau bersabda, “Tahukah kalian apakah ghibah itu?” Mereka menjawab, “Allah dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui.”
Beliau bersabda, “Engkau mengabarkan tentang saudaramu dengan sesuatu yang dibencinya.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang aku katakan itu memang terdapat pada saudaraku?”
Beliau menjawab, “Jika apa yang kamu katakan terdapat pada saudaramu, maka engkau telah menggunjingnya (melakukan ghibah) dan jika ia tidak terdapat padanya maka engkau telah berdusta atasnya.” (HR. Muslim)
Jika kita defenisikan, ghibah adalah menyebutkan sesuatu yang terdapat pada diri seorang muslim, baik tentang agama, kekayaan, akhlak, atau bentuk lahiriyahnya.
Pembicaraan itu berisikan sesuatu yang tidak suka jika hal itu disebutkan, dengan membeberkan aib, menirukan tingkah laku atau gerak tertentu dari orang yang digunjingkan dengan maksud mengolok-ngolok.
Banyak orang meremehkan masalah ghibah. Padahal dalam pandangan Allah, ghibah adalah sesuatu yang keji dan kotor.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Riba itu ada tujuh puluh dua pintu, yang paling ringan daripadanya sama dengan seorang laki-laki yang menyetubuhi ibunya (sendiri), dan riba yang paling berat adalah pergunjingan seorang laki-laki atas kehormatan saudaranya.” (As-Silsilah As-Shahihah, 1871)
Untuk menghindari dari dari bahaya ghibah, perbanyaklah pembicaraan yang mengarah kepada kebaikan, latihlah lisan dan hati untuk terus berdzikir atau berkata baik, dan tinggalkan teman-teman yang hobinya membicarakan orang lain. [MAY/Cms]