HARTA Palestina untuk kemerdekaan Indonesia. “Terimalah semua kekayaan saya ini untuk memenangkan perjuangan Indonesia.”
Kalimat dramatis yang diucapkan Muhammad Ali Taher atau Aboul Hassan itu tercatat dalam buku “Diplomasi Revolusi Indonesia di Luar Negeri” yang ditulis Mohamed Zein Hassan, Lc.
“Suatu hari, ia menarik saya ke Bank Arabia dan mengeluarkan semua uangnya yang tersimpan di bank itu dan memberikan pada saya tanpa meminta tanda bukti penerimaan,” ungkap Zein Hassan dalam kesaksiannya.
Siapakah Muhammad Ali Taher, “malaikat” yang namanya tak tercatat dalam buku-buku sejarah Indonesia itu?
Penulis buku Journey to the Light, Uttiek M. Panji Astuti mengulas tentang Muhammad Ali Taher.
Ia adalah saudagar kaya raya, pemilik beberapa media di Palestine dan Mesir, di antaranya Ashoura, Al-Shabab, Al Minhaj dan Al Alam Al-Masri. Ia lahir di Nablus, tahun 1896.
Kedekatannya dengan para pelajar Indonesia di Timur Tengah membuatnya tak segan memberikan seluruh isi rekeningnya.
Ia begitu mempercayai para pelajar Muslim Indonesia yang tengah studi di Mesir kala itu.
Uang yang begitu besar itu diserahkan melalui Ketua Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia, di masa awal terjadinya Agresi Militer II Belanda di Indonesia sekitar bulan Desember 1948.
Ia paham betul bahwa sesama Muslim adalah saudara. Ibarat tubuh, bila ada satu yang terluka, maka semua ikut merasakan sakitnya.
Karenanya, ia mendirikan Kantor Informasi Arab Palestina dan Komite Palestina di Kairo, Mesir, tahun 1921 yang diberi nama Dar Ashoura.
Baca juga: Indonesia Menyambut 78 Tahun Merdeka dan Konsisten Mendukung Kemerdekaan Rakyat Palestina
Harta Palestina untuk Kemerdekaan Indonesia
Kantor itu membuka pintunya lebar-lebar pada pemuda-pemuda pejuang Muslim dari seluruh dunia untuk mendapatkan bantuan dana hingga suaka.
Di antara sejumlah Pahlawan Nasional yang pernah mengunjunginya adalah Wakil Presiden Mohammad Hatta, Menteri Luar Negeri Haji Agus Salim, Menteri Agama pertama HM Rasjidi dan para pelajar Indonesia di Timur Tengah.
View this post on Instagram
Ia juga aktif menyebarkan informasi tentang kemerdekaan Indonesia ke pihak-pihak yang berpengaruh. Seperti Mufti Palestina saat itu yang berada di pengasingan di Jerman, Syekh Muhammad Amin Al Husaini.
Syekh Al Husaini lalu membuat pernyataan secara terbuka melalui radio dan media berbahasa Arab tentang dukungannya pada kemerdekaan Indonesia pada 6 September 1944.
Bersama Panitia Pusat Perkumpulan Kemerdekaan Indonesia, Muhammad Ali Taher aktif melobi negara-negara Timur Tengah di Liga Arab untuk mengakui kemerdekaan Indonesia.
Hingga akhirnya Mesir menjadi negara pertama di Timur Tengah yang mengakui kemerdekaan Indonesia.
Berita tentang kemerdekaan Indonesia itu selama dua hari berturut-turut dimuat di harian Al Ahram-Mesir yang terkenal sangat selektif dalam menurunkan berita.
Bila hari ini kita bisa merayakan Hari Kemerdekaan dengan gegap gempita, jangan lupa ada pengorbanan dan bantuan dari saudara-saudara kita di Palestine.
Dirgahayu Indonesia![ind]