GLORIOUS Greek food. “Wherever you go in the world, always try to savour the local food.” Begitu kalimat pembuka yang ditulis oleh Savitry Khairunnisa atau yang akrab dipanggil Bunda Icha mengenai perjalanannya ke Yunani.
WNI yang bermukim di Norwegia itu membagikan cerita liburannya di Yunani bersama anak dan suaminya. Kali ini, Bunda Icha bercerita tentang makanan khas Yunani. Berikut cerita selengkapnya.
Jargon ini selalu saya pegang ke negara manapun kaki ini diizinkan melangkah. Mencoba segala jenis makanan lokal (asalkan halal dan thoyyib), apalagi di tempat baru yang sama sekali asing, selalu menimbulkan excitement.
Berjalan di antara restoran atau warung di pusat kota atau di pedesaan yang jauh dari keramaian, sensasinya selalu sama.
Aroma yang menguar hingga ke jalan, deretan meja kursi yang tertata rapi, atau bahkan baru melihat judul restoran dan foto-foto di menu pun sudah membuat perut ini berdendang keroncong.
Perjalanan ke Yunani tempohari begitu menyenangkan sekaligus mengenyangkan. Ke manapun mata ini memandang, suasananya begitu hidup.
Athena, Rhodes, Lindos, Sparta, hingga Corinth, semua punya charm tersendiri.
Deretan kafe, taverna, dan waralaba yang menyajikan menu khas Yunani begitu memanjakan panca indera. Saya jadi memperhatikan, bahwa masakan tradisional Yunani begitu dipengaruhi oleh dua kuliner, yaitu dari Italia dan Turki.
Jika melihat sejarah panjang Yunani dan keterlibatan Kekaisaran Romawi serta Turki Utsmani selama ratusan bahkan ribuan tahun ke belakang, tentu tidak mengherankan.
Kedai pizza, gelato, gyros (donner kebab ala Yunani), moussaka yang mirip lasagne, bertebaran di mana-mana.
Baca Juga: Resep German Cheesecake ala Icha Savitry
Glorious Greek Food
Selain pengaruh Italia dan Turki, di Athena cukup banyak terdapat restoran India/Bangladesh/Pakistan, juga Lebanon dan Irak.
Biasanya, restoran-restoran ini adalah milik pendatang, mantan pengungsi dari negara-negara tersebut di atas.
Tentunya, tak terlewatkan juga kesempatan mencicipi Greek salad yang segar (orang Yunani sangat suka salad dengan buah zaitun, tomat, dan bawang yang melimpah), souvlaki yang serupa satai, pita bread terlezat, baklava termanis, saganaki (keju lumer mirip mozzarella yang enak banget), dan berbagai hidangan seafood, yang segar langsung dari laut hasil tangkapan hari itu.
What’s best about being in Greece is that it’s pretty easy to find halal food. Pemilik taverna bahkan dengan senang hati menunjukkan sertifikat halal dari Majelis Ulama Yunani, tanpa diminta.
Di salah satu restoran di pusat kota Athena, pemiliknya meyakinkan kami bahwa semua makanan mereka halal. “Saya berasal dari Algeria,” katanya.
Pun hampir seluruh pekerja di restoran “Bairaktavis” berwajah dan berbahasa Arab sesama mereka. Beberapa keluarga yang para wanitanya berkerudung, tampak makan dengan khidmat di sudut lain. Hati ini jadi tenang.
Salah satu hikmah dari banyaknya imigran dari negara muslim di Eropa adalah, di banyak kota besar sampai terbentuk komunitas khusus pendatang. Mereka tinggal di gang yang sama.
Di Athena, saya menemukan deretan restoran dengan menu Pakistan serta toko-toko makanan halal di sebelahnya.
Alhamdulillah. Bepergian dengan menunjukkan identitas sebagai muslimah di negeri asing meski tidak selalu mudah, tapi seringkali mendatangkan kemudahan.
Opa! Alhamdulillah for the good food![ind]
Sumber: https://www.facebook.com/793874019/posts/10159501124104020/