• Tentang Kami
  • Iklan
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
Minggu, 15 Juni, 2025
No Result
View All Result
FOKUS+
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah
Chanelmuslim.com
No Result
View All Result
Home Khazanah

Cermin Ukhuwah

Oktober 7, 2024
in Khazanah, Unggulan
Serial Muslim Jepang #1, Islam Itu Menjadikan Hidup Lebih Mudah

Serial Muslim Jepang #1, Islam Itu Menjadikan Hidup Lebih Mudah (foto: Britannica)

85
SHARES
653
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterWhatsappTelegram
Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM
ADVERTISEMENT

ChanelMuslim.com – Cermin ukhuwah. Sifat khas orang Jepang, yang menunjukkan semangat profesionalisme dalam bekerja, satu cermin yang sangat baik untuk saya tiru.

Baca Juga: Cermin Hati Itu Ada di Sini

Cermin Ukhuwah

Oleh: Hifizah Nur, S.Psi., M.Ed., (Ketua Hikari Parenting School)

Hari masih menunjukkan pukul 9.00 pagi ketika saya dan anak-anak sampai di stasiun Tokyo.

“Assalamu’alaikum..,” sapa satu suara yang diiringi dengan senyum ceria. Wajah khas jepang dengan mata sipit tertutup kaca mata, dan kulit putih yang tertutup abaya plus jilbab.

Tampak kerut-kerut di wajahnya yang menunjukkan usianya yang sudah tidak muda lagi. Sambil menjawab salam, saya ajarkan anak saya untuk menjabat tangan muslimah tersebut.

Bergegas kami menuju peron yang disediakan khusus untuk shinkansen (kereta cepat).

Saat itu, saya dan kedua anak saya berencana untuk menuju tempat kelahiran Khodijah san di Iwate, sekitar 400 km di sebelah utara Tokyo.

“Alhamdulillah..finally we can go to Iwate..” seru saya sambil mengambil tempat duduk yang sudah dipesankan.

Khodijah san tersenyum dan mulai membuka bekal yang dibawanya, dan membagikannya kepada saya dan anak saya. Satu sifat yang saya sukai dari Khodijah san, sangat pemurah.

Mau membagi apa yang ia miliki kepada orang lain. Memang ketika kami janjian untuk berangkat bersama-sama ke Iwate, Khodijah san meminta saya untuk tidak membawa bekal makanan,

karena dia yang akan membuat semacam onigiri untuk sarapan saya dan anak-anak. Mungkin Khodijah san kasihan melihat saya yang harus berangkat pagi-pagi sekali sambil membawa kedua anak balita saya.

Karena tempat tinggal saya sekitar dua jam dari Tokyo eki. Sambil tersenyum dan mengucapkan jazaakillah khoiron, saya menyantap sarapan bersama anak-anak.

Suasana tenang yang berbeda dari kota metropolitan Tokyo segera menyergap ketika kami sampai di Iwate.

Baca Juga: Takaran Ukhuwah Kita

Perbedaan Prinsip Tak Mengeruhkan Hubungan Keluarga

Di stasiun Iwate, Kakak dari Khodijah san sudah siap dengan mobil jemputan yang akan membawa kami ke rumahnya, tempat kami menginap selama di sana.

Saat itu, saya dan anak-anak diterima dengan sangat ramah oleh keluarga Khodijah san. Meskipun keluarganya belum muslim, tapi dari keakraban yang mereka tunjukkan,

saya bisa menangkap hubungan yang baik di antara anggota-anggota keluarga yang berbeda keyakinan tersebut.

Khodijah san tetap bisa menyampaikan perbedaan-perbedaan prinsip hidupnya kepada keluarganya, tanpa membuat jarak yang bisa mengeruhkan hubungan di antara mereka.

Ini menunjukkan kematangan pribadi dan kelembutan dalam bersikap. Satu hal lain yang saya kagumi dari saudari saya ini.

Hari masih gelap ketika kami menunaikan sholat subuh di rumah itu. Kali ini, saya meminta Khodijah san sebagai tuan rumah untuk menjadi imam sholat.

Terdengar lantunan bacaan qur’an yang dilafalkan dengan sangat baik dan tajwid yang benar. Dan juga yang membuat saya terharu adalah surat pilihan yang dibacanya.

Bukan surat pendek dari juz amma seperti yang saya kira, tetapi petikan beberapa ayat terakhir dari surat Al-Hasyr. Masya Allah.

Baca Juga: Kenalan Yuk dengan Fahima Jepang, Komunitas Muslimah Indonesia di Jepang

Karakteristik Muslimah Jepang

Saya mengenalnya baru sekitar empat tahun yang lalu. Masa yang singkat memang. Karena pada saat itu, Khodijah san baru kira-kira dua atau tiga tahun sebelumnya menjadi seorang muallaf.

Saat itu, dia datang ke mesjid Otsuka untuk belajar membaca al-qur’an.

Khodijah san mulai belajar dari a ba ta tsa. Sampai saat ini, ia sudah lancar mengaji dan banyak menghafal surat-surat di dalam al-Qur’an.

Kegigihan dan semangatnya untuk terus menerus belajar adalah sifat yang paling saya kagumi dari Khodijah san.

Meskipun di usia yang sudah tidak bisa dibilang muda, ditambah dengan lafal bahasa Arab sebagai bahasa asing yang sangat sulit untuk ditiru oleh kebanyakan orang Jepang, Khodijah san adalah pengecualian.

Ia mampu melakukannya.

Alhamdulillah, betapa banyak pelajaran dari saudari saya ini. Keramahan, kelembutan hati, sifat pemurah dan sikap pantang menyerah menjadi cermin dalam perbaikan diri saya.

Saya banyak juga mengenal muslimah muallaf nihonjin yang lain. Rata-rata mereka memiliki sifat pantang menyerah dalam mempelajari hal-hal baru.

Muslimah Jepang juga rata-rata sangat serius dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. Apa pun yang mereka lakukan, harus sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Al-Qur’an dan hadist.

Baca Juga: Ukhuwah yang Cantik

Cermin Ukhuwah dari Masyarakat Jepang

Sifat khas orang Jepang, yang menunjukkan semangat profesionalisme dalam bekerja. Satu cermin yang sangat baik untuk saya tiru.

Meskipun demikian, budaya Jepang cenderung kaku dan terkesan ‘dingin’ bila dilihat oleh orang asing.

Tetapi sejalan dengan interaksi yang dalam dengan Al-Islam, sedikit demi sedikit sifat-sifat mereka bisa lebih disempurnakan lagi oleh akhlak Islam.

Saya sering berangan-angan, ah andai masyarakat Jepang suatu saat bisa menerima Islam.

Tentu perpaduan antara sifat-sifat baik mereka dengan kehalusan pekerti dalam Islam akan mampu memberikan banyak kemajuan berarti bagi peradaban Islam. Semoga suatu saat, harapan itu bisa terwujud…amin.

note: nihonjin = orang Jepang; Shinkansen = kereta super cepat; eki = stasiun; onigiri = nasi kepal yang biasanya dibungkus dengan rumput laut yang sudah dikeringkan, didalamnya bisa diisi daging atau ikan.[ind]

Tags: cermin ukhuwah
Previous Post

Jangan Mudah Melaknat Sesama Muslim

Next Post

Passionate Love vs Compassionate Love

Next Post
Passionate Love vs Compassionate Love

Passionate Love vs Compassionate Love

Mengenal Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD)

Stress Masalah Keluarga? Coba 11 Langkah Ini

Suami Suka Chatting dengan Wanita Lain

Pengaruh Gelombang Elektromagnetik Handphone terhadap Kesehatan

.:: TERPOPULER

Chanelmuslim.com

© 1997 - 2022 ChanelMuslim - Media Pendidikan dan Keluarga

Navigate Site

  • IKLAN
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • REDAKSI
  • LOWONGAN KERJA

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah

© 1997 - 2022 ChanelMuslim - Media Pendidikan dan Keluarga