ChanelMuslim.com – Takaran Ukhuwah Kita
Seorang sahabat Anshar langsung mengangkat tangan tanda bersedia menerima tamu Rasulullah untuk dijamu malam itu. Ia menerima itu bukan lantaran banyak uang. Bukan juga tersedia banyak makanan di rumahnya. Tapi karena ingin memuliakan tamu Rasul.
Jadilah malam itu, sang tamu dijamu di rumahnya. Ia kabarkan itu kepada istrinya saat mereka tiba di rumah. Istrinya agak terkejut mendapat kabar itu. Pasalnya, makanan yang tersedia hanya untuk anak mereka. Bukan untuk tamu, bukan pula untuk suami istri itu.
Baca Juga: Jangan Sampai Harta Menghalangi Ukhuwah
Takaran Ukhuwah Kita
Sahabat mulia itu berpikir sebentar mencari cara agar sang tamu tidak kecewa. “Istriku, usahakan makanan itu untuk tamu Rasul yang mungkin lebih lapar dari kita. Buatlah agar anak-anak tertidur malam ini sebelum mereka berkeinginan makan. Dan biarlah kita menahan lapar agar tamu kita bisa tertidur dalam keadaan kenyang.”
Seperti itulah kira-kira ucapan Sahabat Nabi itu kepada istrinya. Sebuah percakapan yang nyaris hanya ada dalam khayal. Mana ada di dunia ini orang sebaik itu. Dalam keadaan terbatas, tapi lebih mengutamakan orang lain daripada diri sendiri. Termasuk anak-anak yang tercinta.
Ia pun menyajikan makanan itu untuk sang tamu. Ia persilakan tamu itu melahap semua yang ada, tanpa sisa. Ia kondisikan bahwa dirinya dan keluarganya juga berada dalam keadaan kenyang seperti sang tamu yang tanpa curiga apa-apa.
Subuh keesokan harinya, Rasulullah saw. menjumpai sahabat mulia itu untuk mengabarkan sesuatu. Nabi mengatakan, Allah swt. memuji yang kalian lakukan semalam. Bahkan ayat Alquran turun mengabadikan momen luar biasa itu.
وَٱلَّذِينَ تَبَوَّءُو ٱلدَّارَ وَٱلْإِيمَٰنَ مِن قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِى صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِّمَّآ أُوتُوا۟ وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَن يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِۦ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْمُفْلِحُونَ
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshar) mencintai orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshar) tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (Al-Hasyr: 9)
**
Kalau kita memiliki rezeki berlebih, sangat wajar jika diberikan kepada mereka yang masih kurang. Dan hal itu bukan takaran istimewa untuk bingkai ukhuwah di sisi Allah swt.
Baru istimewa jika kita berusaha untuk memberikan sesuatu kepada saudara seiman karena Allah, padahal untuk kita saja teramat susah. Ungkapan ukhuwah itu tidak dilihat dari banyak sedikit yang diberikan. Melainkan, pada upaya seperti apa yang telah dilakukan. (Mh)